JAKARTA, WB – Kemacetan yang kian parah di seluruh wilayah Jakarta diprediksi menelan kerugian Rp 65 triliun.
“Makin parah karena tidak ada yang dilakukan,” ujar Pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan, Jakarta, Rabu (27/5/2015).
Menurutnya angka ini naik dibandingkan pada 2012 kerugian berkisar Rp 45 sampai 48 triliun. “Jumlah itu menjadi Rp 65 triliun pertahun,” ungkap dia.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sambung dia dalam menanggulangi kemacetan masih berupa gagasan tanpa implementasi di lapangan.
“Misalnya revitalisasi terhadap angkutan umum dan Bus Transjakarta,” jelas dia.
Tak hanya itu kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi bagi warga. Seperti jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP) kata dia masih berupa gagasan.
Dikatakan olehnya akar permasalahan utama dari kemacetan ini minimnya angkutan umum yang aman, nyaman dan layak bagi warga. Jika semua itu ada warga bisa meninggalkan kendaraan pribadinya dan beralih ke angkutan umum.
“Alurnya jelas. Setelah tersedia angkutan umum yang baik kemudian kita terapkan pembatasan kendaraan. Misalnya dengan menerapkan ERP,” pungkasnya. []