WARTABUANA – Menteri Pariwisata, Arief Yahya akan mengevaluasi hasil devisa dari kementerian pariwisata yang dinilainya rendah. Hal tersebut terkait maraknya paket wisata murah ke Pulau dewata.
Rencananya, Kemenpar akan mendata agen perjalanan asing yang sudah teregistrasi, guna mengatasi praktik penjualan paket murah wisata Bali kepada wisatawan mancanegara. Hal ini berdampak kepada rendahnya penerimaan devisa. Kedepan Arief mengatakan, akan menjalin kerja sama dengan Kementerian Pariwisata China.
Kedua kementerian itu akan mendata agen-agen perjalanan yang sudah terverifikasi baik oleh China National Tourism Agency (CNTA) maupun oleh Asosiasi Perusahaan Perjalanan dan Wisata Indonesia (Asita).
“Yang paling baik untuk mengatasi itu, sudah saya lakukan tetapi belum efektif yaitu `registered travel agend`. Beberapa kali saya bertemu dengan Menpar China untuk memberikan daftar masing-masing travel agent yang diakui,” tutur Arief.
Ada pun kabar paket wisata Bali yang dijual murah kepada wisatawan asal China ini diduga dilakukan oleh agen perjalanan yang belum terbukti legalitasnya.
Wisatawan China pun diajak mengunjungi ke sejumlah pertokoan yang menjual barang buatan negeri Tirai Bambu tersebut yang sebelumnya sudah diatur sedemikian rupa oleh agen wisata tertentu yang berafiliasi dengan tempat penjualan.
Akibatnya, penerimaan negara devisa kedatangan wisatawan Tiongkok itu tidak optimal. Per harinya, sekitar 3.000 hingga 3.500 wisatawan China tiba di Bali, diperkirakan 60% di antaranya mengikuti paket tur tersebut dengan perkiraan potensi pendapatan negara yang hilang mencapai Rp4 triliun sampai Rp5 triliun per tahun.
Menurut Arief, paket wisata murah atau dikenal dengan istilah zero dollar tour, tidak hanya terjadi di Indonesia, khususnya Bali. Terjadi pula di Thailand. Hanya saja di Thailand ada persyaratan khusus terhadap wisatawan asing yang berkunjung.
“Yang dilakukan Thailand untuk menghadapi hal seperti ini, orang harus membawa uang sekitar Rp1,8 juta atau Rp2 juta kalau dibulatkan,” kata Arief.[]