JAKARTA, WB – Pengurus Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah Imran Hanafi mengungkapkan keprihatinannya kepada pengurus mesjid yang mengambil sikap melarang anak-anak bermain dan membuat gaduh saat shalat. Justru ini adalah keteladanan betapa dasar pendidikan anak yang sangat substansial adalah memberikan perhatian kepada anak, bahkan ketika kita sedang shalat sekalipun.
Imran mencontohkan Nabi Muhammad memberikan perhatian yang besar pada anak, mencurahkan kasih sayang yang tinggi dan memberikan pendidikan yang baik pada anak. Dikisahkan bahwa saat Nabi shalat, ketika cucu Nabi menaiki punggungnya, Nabi sengaja membiarkan dirinya sujud lama. Ia tidak serta merta menampik cucunya, tetapi membiarkan anak ini sampai selesai.
Perihal keteladanan juga disampaikan oleh Romo Hibertus Hartono. Gereja Katolik meyakini bahwa yang menjadi guru untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak, yang terutama adalah orang tuanya sendiri.
“Namun begitu,” sambung Sekretaris Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) ini, “anak harus diberikan contoh dulu, agar anak bisa meneladaninya,” seperti keterangan yang diterima redaksi Wartabuana.com, Jakarta, Senin (11/4).
Mewakili masyarakat Bahai, Dedeh Mulyanti bahwa Bahai mengembangkan suatu budaya yang mendorong cara berpikir, belajar, dan bertindak, di mana semua menganggap diri mereka sebagai sedang melangkah di jalan pengabdian bersama-sama. Model pembelajaran yang mendukung satu sama lain dan maju bersama dengan menghargai pengetahuan yang dimiliki masing-masing orang.
”Metode seperti ini menghindarkan kecenderungan untuk membagi kaum beriman ke dalam golongan-golongan, tidak memecah-belah,” tutur Dedeh.
Dengan semangat nilai-nilai yang terkandung dalam setaiap agama yang mendukung prinsip perlindungan anak, pembentukan Forum Dialog Antaragama untuk Kesejahteraan Holistik Anak (FORDAKHA) menjadi sangat penting.
“Forum ini berangkat dari kesadaran bersama betapa pentingnya proses tumbuh kembang anak yang nantinya akan menjadi tumpuan harapan bagi keluarga secara khusus dan peradaban sebuah bangsa secara umum,” pungkas Ilma. []