WARTABUANA – Awalnya setiap tanggal 1 Mei atau May Day seluruh dunia dirayakan dengan suasana senang dan ceria. Bahkan di belahan bumi utara, May Day digambarkan dengan festival yang cerah dan kegembiraan. Namun belakangan May Day jadi ajang penyampaian aspirasi kaum buruh.
May Day semula adalah hari libur kaum pagan yang dirayakan setiap awal musim panas. Dalam tradisi Gaelik, hari tersebut dikenal sebagai Beltaine.
Kemudian, kelompok yang berbeda pun mengadaptasinya dengan kebudayaan dan keyakinan khusus mereka. Orang Eropa dan Amerika sering merayakan hal ini dengan tari-tarian dan mahkota bunga.
Hal ini juga digambarkan dengan adanya festival musik musim panas di mana perempuan muda menghias kepala mereka dengan mahkota bunga aster.
Pada perkembangannya, May Day juga berbagi tanggal dengan hari buruh sedunia sejak thun 1880-an. Tanggal 1 Mei juga dirayakan sebagai hari libur kaum pekerja di beberapa wilayah di dunia.
Di saat itu gerakan buruh di seluruh dunia mulai memperjuangkan hak mereka dan akomodasi pekerjaan yang adil seperti delapan jam kerja dan adanya serikat pekerja. Tanggal ini dipilih sebagai hari buruh sedunia agar selaras dengan Haymarket di Chicago.
Saat insiden Haymarket di Chicaho, polisi menewaskan empat orang dalam sebuah protes damai setelah seseorang meletakkan bom di kerumunan orang. Insiden ini menyebabkan dampak yang besar dalam gerakan buruh di seluruh dunia.
Mengutip Time, Konferensi Sosialis Internasional menyatakan bahwa untuk peringatan insiden Haymarket, setiap tanggal 1 Mei dijadikan hari libur internasional untuk pekerja. Hari libur ini kemudian di kenal di berbagai tempat sebagai International Workers Day atau Hari Buruh.
Selain menjadi hari libur internasional, May Day juga digunakan untuk menyalurkan pendapat kaum pekerja lewat unjuk rasa atau protes. Bahkan terkadang demonstrasi ini bisa berubah menjadi kekerasan.
Di tahun 2014, Turki berusaha melarang aksi buruh dengan alasan masalah keamanan. Di seluruh Eropa pun, protes kaum buruh ini juga dijaga ketat oleh polisi.
Di Indonesia sendiri pun, setiap tanggal 1 Mei, beberapa kawasan di ibu kota Jakarta juga dipenuhi oleh massa pekerja yang ingin menyampaikan permintaan mereka kepada pemerintah yang berkuasa. []