JAKARTA, WB – Berdasarkan hasil survei Indo Survey and Strategy (ISS) menyebutkan, mayoritas masyarakat Bali ternyata menginginkan adanya revitalisasi berbasis reklamasi di pulau Benoa.
Dari hasil survey didapati, sebanyak 53,2 persen masyarakat Bali memilih dilakukannya revitalisasi berbasis reklamasi, sedangkan 32 persen menolah revitalisasi berbasis reklamasi sedangkan 3 persen masyarakat tidak menjawab.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif ISS, Hendrasmo dalam keterangan pers kepada wartawan, Rabu petang (26/11/2014)
“Revitalisasi sepertinya menjadi pilihan jalan tengah bagi penanganan Teluk Benoa. Kalau melihat data yang diperoleh, pilihan merevitalisasi Teluk Benoa lebih kuat dibanding opsi hanya reklamasi atau menolak reklamasi,” ujar Hendrasmo.
“Revitalisasi itu memang ada unsur reklamasi tapi ada juga pemberdayaan dan menguatkan alam dan daerah tersebut berbentuk konservasi,” lanjutnya kembali.
Alasan masyarakat Bali yang mendukung revitalisasi adalah meningkatkan lapangan pekerjaan yakni sebanyak 45 persen.
Kemudian 22 persen mengungkapkan alasan revitalisasi untuk meningkatkan perekonomian di Bali, 12 persen revitalisasi berfungsi mengurangi abrasi laut dan 10 persen akan memperbaiki ekosistem mangrove.
Sementara alasan masyarakat yang menolak revitalisasi berbasis rekalamasi sebanyak 46 persen, menyatakan akan menyebabkan rusaknya mangrove dan 22 persen mentatakan revitalisasi meningkatkan abrasi laut serta 11 persen menilai akan membuat pembangunan tak berimbang.
“Jadi pertarungannya bukan reklamasi atau tidak. Tapi revitalisasi itu penting. Karena sudah banyak juga magrove yang rusak. Ditambah masyarakat Bali butuh perubahan terutama soal ekonomi,” ujar Hendrasmo
Lebih jauh Hendrasmo menambahkan, masyarakat Bali menilai kurangnya lapangan pekerjaan masih menjadi persoalan penting yang harus segera dipecahkan. Sebanyak 31,4 persen masyarakat Bali mengeluh soal kurangnya lapangan kerja karena pengangguran terus bertambah, menyusul dibawahnya soal biaya pendidikan dan kesehatan dan iinfrastktur.
Survei dilakukan mulai 2 hingga 9 November 2014. Menggunakan face to face interview dengan jumlah responden 600 di 9 kabupaten/kota Bali. Sementara survei ini memiliki margin of error sekitar 4 persen. []