JAKARTA, WB – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memastikan lintasan berbahaya yang kerap dilewati siswa menuju ke sekolah adalah prioritasnya meskipun infrastruktur tersebut bukan kewenangan Kemendikbud.
Demikian ulasan review Buku “Kilasan Setahun Kinerja Kemendikbud” yang diterima Wartabuana.com, Jakarta, Senin (28/12). Isi dari buku tersebut terangkum sebagian besar kinerja Kemendikbud selama setahun terakhir.
Tentunya ada hal menarik dalam kilasan tersebut. Wartabuana.com mencoba meringkasnya terutama pemandangan para siswa menerjang lintasan berbahaya di Jembatan Gantung irigasi yang menghubungkan Desa Plempungan, Karanganyar dan Desa Sura, Boyolali, Jawa Tengah. Para siswa bertaruh nyawa demi menggapai layanan pendidikan.
“Meskipun infrastruktur bukan kewenangannya Kemendikbud kali ini tak tinggal diam melihat siswa yang kerap melewati lintasan berbahaya. Kemendikbud memastikan bahwa keselamatan siswa harus menjadi prioritas,” demikian tulisan dalam ulasan buku tersebut.
Buku ini bertujuan agar publik bisa mengetahui dan memantau kinerja Kemendikbud. “Kami ingin menggandeng publik untuk lebih terlibat dalam isu-isu pendidikan dan kebudayaan. Jauh sebelum negeri ini merdeka, pendidikan dan kebudayaan adalah isu bersama,” jelasnya.
Terkait kesemalatan siswa, pada 10 Maret 2015 Pejagan runtuh dan menghempaskan 44 siswa SDN 1 Pejagan, Kemendikbud segera bertindak.
“Kemendikbud mengajak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengatasi hal ini. Selain melakukan inspeksi ke lapangan langsung,”imbuhnya.
Selain itu, Kemendikbud berharap agar seluruh masyarakat mempunyai andil dalam pelaporan adanya lintasan yang berbahaya bagi anak-anak sekolah.
“Semua tentu harus ada peran dari masyarakat. Kita minta bantuan semua pihak, sekolah ya masyarakat. Kalau kita melintasi lintasan yang berisiko dan berbahaya tolong laporkan. Ayo masyarakat untuk melaporkan. Karena kalau mengandalkan sekolah saja mungkin terbatas,” pinta Kemendikbud. []