WARTABUANA – Hampir 70.000 denda telah dijatuhkan kepada warga yang melanggar pembatasan karantina wilayah (lockdown) coronavirus di Inggris sejak peraturan itu diberlakukan tahun lalu, seperti ditunjukkan data kepolisian pada Kamis (25/2).
Menurut Dewan Kepala Kepolisian Nasional Inggris (National Police Chiefs’ Council/NPCC), total 68.952 Pemberitahuan Penalti Tetap (Fixed Penalty Notice) telah dikeluarkan oleh kepolisian antara 27 Maret 2020 hingga 14 Februari 2021.
Jumlah denda meningkat tajam setelah pembatasan Tingkat Empat diberlakukan sebelum Natal tahun lalu dan lockdown nasional terbaru di Inggris diumumkan pada 4 Januari, yang “menunjukkan penegakan peraturan yang lebih cepat dan tegas oleh polisi.”
“Kita masih berada dalam tahap pandemi yang sangat berbahaya dan telah menewaskan lebih dari 120.000 orang,” kata Kepala NPCC Martin Hewitt dalam sebuah pernyataan.
“Sebelas bulan telah berlalu dan lockdown nasional kembali diterapkan. Peraturannya sangat jelas, oleh karena itu sangat mengecewakan melihat masih ada segelintir orang yang sama sekali tidak patuh dan tidak bertanggung jawab serta tidak memperhatikan keselamatan diri sendiri atau pun orang lain,” kata Hewitt.
Denda diberikan karena sejumlah alasan termasuk pertemuan besar yang melanggar aturan, pelanggaran aturan masker, dan tidak melakukan isolasi mandiri setelah tiba dari negara yang masuk dalam daftar karantina pemerintah Inggris.
Saat ini, Inggris memberlakukan lockdown nasional ketiga sejak pandemi merebak di negara tersebut. Pembatasan serupa juga diterapkan di Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
Pada Senin (22/2), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan “peta jalan” yang telah lama dinantikan untuk mengakhiri lockdown.
Sekolah-sekolah di Inggris akan dibuka kembali mulai 8 Maret sebagai bagian pertama dari rencana empat tahap, yang menurut Johnson dirancang untuk “berhati-hati, tetapi tidak dapat diubah kembali.”
Johnson mengatakan dirinya “sangat optimistis” semua pembatasan coronavirus di Inggris akan sudah dicabut pada 21 Juni.
Untuk mengembalikan kehidupan normal, negara-negara seperti Inggris, China, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat berpacu dengan waktu untuk meluncurkan vaksin coronavirus. [Xinhua]