JAKARTA, WB – Kementerian Luar Negeri menyesalkan bahwa seorang akademisi Michael Buehler dapat menyampaikan suatu pernyataan yang tidak benar. Dosen Ilmu Politik Asia Tenggara di School of Oriental and African Studies di London itu menulis “Waiting In The White House Lobby” melalui laman New Mandala http://asiapacific.anu.edu.au pada Jumat (6/11), yang menyebut adanya peran broker dalam pertemuan antara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama, di Gedung Putih, Washington DC, Senin (26/10) lalu.
Kementerian Luar Negeri seperti dilansir dari laman Setkab.go.id menegaskan bahwa Pemerintah RI tidak menggunakan jasa pelobi dalam mengatur dan mempersiapan kunjungan Presiden ke Amerika Serikat. Kementerian Luar Negeri juga tidak pernah mengeluarkan anggaran Kementerian untuk jasa pelobi.
Namun Kemlu memahami bahwa penggunaan jasa pelobi merupakan bagian nyata dari dunia politik di Amerika Serikat, dan seringkali digunakan oleh pemangku kepentingan, dan Pemerintah negara-negara lain di dunia untuk memajukan kepentingan mereka di Amerika Serikat.
Kemlu kembali menegaskan kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat adalah atas undangan Presiden Obama yang disampaikan langsung pada saat pertemuan bilateral di sela-sela KTT APEC 2014 di Beijing pada 10 November 2014.
“Undangan ini kemudian ditindaklanjuti dengan undangan tertulis yang disampaikan melalui saluran diplomatik,” jelas siaran pers Kemlu. Namun karena jadwal Presiden Jokowi serta perhatian beliau akan berbagai isu penting dan mendesak mengakibatkan undangan ini baru dapat dipenuhi pada tanggal 25-27 Oktober 2015. []