WARTABUANA – Perdana Menteri (PM) Kamboja Samdech Techo Hun Sen pada Senin (8/3) malam waktu setempat memerintahkan penutupan sementara lembaga-lembaga sipil negara setidaknya untuk satu pekan ke depan akibat jumlah kasus COVID-19 yang terus meningkat.
Meski demikian, seluruh angkatan bersenjata dan tenaga kesehatan tetap bekerja seperti biasa.
“Saat ini situasinya sedang genting, karena adanya kasus penularan di kalangan aparat kepolisian, pegawai sipil, dan seniman, sehingga perlu dilakukan penutupan sementara di lembaga-lembaga sipil, bukan menutup sepenuhnya, melainkan mengurangi jumlah orang di tempat kerja setidaknya 90 persen,” ujar Hun Sen dalam pesan audio yang dikirim ke publik.
“Hanya segelintir orang saja yang akan standby di lembaga mereka,” tambahnya.
Sang PM juga meminta perusahaan-perusahaan swasta untuk mengurangi jumlah staf di tempat kerja, atau menerapkan sistem kerja bergilir guna menghindari keramaian orang di tempat kerja dan di jalan.
Dia juga kembali mengimbau masyarakat untuk tidak meninggalkan rumah jika tidak perlu, dan menghindari pertemuan fisik.
Diungkapkan Hun Sen, sedikitnya 49 orang di Phnom Penh, provinsi Kandal, Preah Sihanouk, dan Prey Veng dinyatakan positif COVID-19 pada Senin.
“Ini situasi yang serius bagi kami,” ujarnya.
Negara Asia Tenggara itu mengalami gelombang ketiga penyebaran wabah COVID-19 di kalangan masyarakat sejak 20 Februari lalu. Guna membendung penyebaran virus, negara kerajaan itu menutup semua sekolah, fasilitas olahraga, museum, bioskop, dan tempat-tempat hiburan di kota dan provinsi tempat virus tersebut terdeteksi.
Kamboja pada Senin juga mengalihfungsikan Great Duke Phnom Penh, hotel mewah yang sudah tidak beroperasi, menjadi rumah sakit khusus pasien COVID-19 dengan kapasitas 500 kamar. [Xinhua]