JAKARTA WB – Direktur Indeks Digital Jimmi Kembaren berpandangan, peran sosial media (Sosmed) pada perhelatan pemilu presiden (Pilpres) 2014, ternyata lebih signifikan dan cukup mumpuni dibanding pilpres yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Hal itu terjadi kata Jimmi, dilihat dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak sebanding antusiasmenya mengikuti isu secara langsung, dari pada apa yang terjadi di lapangan. Dengan menggunakan sosmed, masyarakat diketahui akan lebih mudah dan cepat memahami isu-isu yang terjadi terkait para kandidat capres masing-masing.
“Yang jelas pengguna twitter dan facebook meningkat, dibandingkan jumlah DPT sekitar 125 juta. Pengguna sosmed cukup signifikan karena mereka juga pemilih pemula,” kata Jimmi dalam sebuah diskusi bertema `Perang Social Media` di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6/2014).
Selain itu, Jimmi juga menilai pengguna sosmed lebih bisa melihat isu terpopuler lebih cepat melalui peran sosmed itu sendiri. Bahkan tidak hanya itu, berbagai isu-isu negatif dari kedua pasangan caprespun tersedia disana.
“Jadi memang ada indikasi isu populer di twitter, dan itu bisa popular juga di media. Akhirnya ada isu populer by design. Yang jelas orang yang populer pastinya banyak followers,” ujarnya.
Lebih jauh ia mengatakan, sosmed merupakan cara mumpuni untuk membentuk opini publik, jadi wajar kalau ada beberapa akun sosmed yang sengaja dibayar untuk menggulirkan isu tertentu untuk mempengaruhi masyarakat.
“Pastinya ada akun buatan, tidak ada orangnya itu dibayar. Bisa ngetweet dan retweet atau pilih teman. Terjadi percampuran antara isu beneran dan by design. Masyarakat sebenarnya sudah lihat sinyalemen itu, tapi belum ada yang bisa mengukurnya. Seberapa besar kekuatan akun robot dibandingkan akun resmi. Kami liat itu ternyata cukup besar,” tegas Jimmi. []