WARTABUANA – Jutaan kader Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) akan solid mengawal dan mensukseskan proses demokrasi dalam pelaksanaan pemilihan umum serentak pada tahun 2024 dengan target kemenangan Partai Golkar.
Hal itu disampaikan Razian Agus Toniman, Sekretaris Dewan Pembina SOKSI, kepada redaksi wartabuana.com. Menurut Agus Toniman, kepengurusan SOKSI yang sah adalah hasil munas SOKSI XI tahun 2020 dengan Ketua Umum Ahmadi Noor Supit. Munas tersebut diselenggarakan oleh Ketua Harian Dewan Pembina yang sekaligus Plt Ketua Umum SOKSI, Bobby Suhardiman, putra biologis pendiri SOKSI (Alm) Prof Suhardiman.
Munas XI itu dihadiri Ketua Umum DPP Partai Golkar beserta jajaran pengurus, Para Menteri dan Anggota DPR RI dari Golkar, termasuk Pimpinan Hasta Karya dan Tokoh-Tokoh Senior Soksi / Golkar, seperti Oetojo Oesman, Thomas Soeyatno, Lili Asdjudiredja, Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, Bomer Pasaribu, FMT.Rajaguguk, Endang Syarwan Hamid, SM. Tampubolon, Iris Indira Murti dan banyak tokoh lainnya.
Kepemimpinan SOKSI 2020-2025 dengan ketua umum Ahmadi Noor Supit, Bobby Suhardiman sebagai Ketua Dewan Pembina (WanBin), Oetojo Oesman sebagai Ketua Dewan Kehormatan (WanHat), Thomas Soeyatno sebagai KetuDea wan Pertimbangan (WanTim) dan Bomer Pasaribu sebagai Ketua Dewan Pakar (WanKar); Telah mendorong Airlangga Hartarto sebagai Calon Presiden dari Partai Golkar untuk menjaga marwah Partai.
Agus Toniman memaparkan, kemenangan itu bukan mustahil dikontribusikan oleh SOKSI sebagai organisasi pendiri Partai Golkar, yang memiliki historis sangat panjang, bukan saja dalam peran strategisnya memerangi PKI ataupun aliran lain yang bertentangan dengan Ideologi Pancasila namun juga turut menjaga kesinambungan pembangunan nasional dari masa ke masa.
“Kontribusi kader-kader SOKSI selama ini sangat besar dalam perolehan suara Partai Golkar sekaligus dalam upaya menyejahterakan masyarakat,” kata Agus Toniman.
Agus Toniman berkisah, pendiri SOKSI, Prof Suhardiman yang telah wafat di tanggal 13 Desember 2015, sempat menyatakan sesaat sebelumnya bahwa kita akan memasuki fase penentuan nasib bangsa Indonesia menuju pengejawantahan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Hal tersebut merupakan pesan khusus Suhardiman kepada seorang Jokowi dalam mengawali kepemimpinannya.
“Sebagai antisipasi masa depan, Suhardiman pada Hari Senin, 15 September 2014, memerintahkan seluruh kadernya untuk Menjaga, Mengawal dan Mengamankan Jokowi hingga 2024,” ungkap Agus Toniman.
Selanjutnya Agus Toniman menegaskan, dukungan SOKSI diarahkan agar tidak ada pihak-pihak tertentu yang berkhianat ditengah periode ataupun memiliki agenda lain. Prof Suhardiman, sang “dukun politik” di masa awal merestui pencalonan Jokowi telah memastikan bahwa Jokowi tidak akan diganggu dan digoyang oleh orang-orang tertentu yang tidak puas atas kemenangannya. Menurut Suhardiman, bagi “Pengkhianat” hukumnya adalah Kualat. Jangan sampai karena ulah (pengkhianatanmu) justru akan menyengsarakan mayoritas masyarakat dan nasib masa depan bangsa.
Pesan itu menurut Agus Toniman, disampaikan dengan harapan dan cita-cita dapat terwujud walaupun nantinya beliau telah meninggalkan dunia. “Hal tersebut disampaikan dalam satu kesempatan bertemu Jokowi sebelum dilantik menjadi Presiden RI, yang disaksikan oleh Bobby Suhardiman dan beberapa Senior Soksi, seperti Robinson Napitupulu, Lawrence Siburian, Jacob Purwanto,” jelas Agus Toniman.
Agus Toniman bercerita, ketika hari Senin 13 Desember 2015 Prof Suhardiman wafat, Bobby Suhardiman beserta Ade Komaruddin (Ketum SOKSI ketika itu), beserta beberapa senior SOKSI menyambut Presiden Jokowi datang melayat ke rumah duka di Jalan Kramat Batu I/1, Cipete, Jaksel bersama Teten Masduki dan sdr Tjahyo Kumolo (Mendagri).
Agus R Toniman menegaskan bahwa dari aspek histori, maka tidak diragukan secuilpun oleh seluruh pengurus dan kader se nusantara bahwa kepempinan Supit adalah estafet dari Prof Suhardiman, Ade Komarudin dan Plt Bobby Suhardiman
Sementara menjadi ironi pasca meninggalnya Prof Suhardiman, tiba-tiba Aliwongso mendaftarkan nama SOKSI sebagai organisasi perkumpulan secara Online. “Dan tanpa tahu malu, bak mengail di air keruh hanya dengan memanfaatkan celah hukum yang ada, mengingat pendaftaran online di Kemenkumham tidak diperlukan verifikasi fisik ataupun mempertimbangkan aspek historis; memasukan nama organisasi masysarakat SOKSI dengan susunan nama-nama pengurus yang seluruh prosesnya tanpa meminta persetujuan dari orang yang namanya dicantumkan dengan tidak melibatkan verifikasi faktual,” ungkap Agus Toniman.
Misalnya menurut Agus Toniman, SOKSI Ali Wongso mencantumkan Prof Suhardiman sebagai pendiri dalam pencatatannya di Kemenkumham di tahun 2017, sementara Prof Suhardiman bahkan telah meninggal sejak 2015.
Lebih aneh lagi kata Agus Toniman, adanya tindakan pencabutan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) tentang Keabsahan Ormas SOKSI yang dipimpin Ade Komarudin oleh Kemendagri karena adanya permohonan Ali Wongso yang mengklaim sebagai pihak SOKSI yang sah dengan hanya berdasarkan data bahwa “SOKSI kloning”nya sudah terdaftar dikemenkumham, seolah-olah SOKSI yang didirikan Suhardiman yang sedang dikomandani oleh Ade Komaruddin keberadaannya dianggap tidak ada dan tidak sah.
“Untungnya, semua hakim yang memproses perkara ini di seluruh tingkatan pengadilan (PTUN, PTTUN, MA) menyatakan permohonan SOKSI kloning Ali Wongso kepada Kemendagri untuk mencabut SKT SOKSI (yang didirikan Suhardiman) tidak dibenarkan, dan Kemendagri diperintahkan untuk dihidupkan kembali SKT yang pernah dicabut,” ujar Agus Toniman.
Sebagai Senior di Golkar maupun SOKSI, Agus Toniman yang juga sempat lama menjadi aktivis buruh ini mengingatkan pihak-pihak yang melampaui batas serta senang memperkeruh situasi untuk tidak lagi menganggu atau bertindak untuk dan atas nama SOKSI.
Sebagai kader lama, Ali Wongso mestinya paham bagaimana berorganisasi yang baik, berkeinginan menjadi Ketua Umum bukan dengan cara-cara yang tidak baik, ilegal dan tidak menjunjung etika ataupun mengindahkan historis yang kuat atas perjalanan SOKSI itu sendiri,” cecar Agus Toniman.
Dengan tegas Agus Toniman mengatakan bahwa SOKSI yang mendirikan GOLKAR hanya satu, yaitu SOKSI yang didirikan oleh Prof Suhardiman pada tahun 1960, yang kepemimpinannya saat ini (2020-2025) adalah ketua umum Depinas Ahmadi Noor Supit dan Ketua Wanbin Bobby Suhardiman, Ketua Wanhar Oetoyo Oesman, Ketua Wantim Thomas Soeyatno, Ketua wankar Bomer Pasaribu.
“Golkar sebagai organisasi yang didirikan oleh SOKSI, seperti hubungan anak dan orangtua, maka tidak sepatutnya seorang anak durhaka terhadap orangtuanya, demikian pula sang orangtua tak patut menikmati kegagalan atau perpecahan anaknya. Partai Golkar harus mampu menunjukkan kehandalan dalam merawat persatuan dan kesatuan di internal agar dapat berkompetisi dan menang secara bermartabat dengan partai-partai politik lain,” tegas Agus Toniman.[]