JAKARTA, WB – Pada tahun 1998 nilai tukar rupiah terhadap dollar pernah di level Rp 1.800/US $ dan loncat hampuir tujuh kali lipat menjadi Rp 16.000. Justru keadaan sekarang lebih baik dibandingkan tahun dimana kondisi politik dan keamanan Indonesia saat ini signifikan.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo disela-sela pertemuannya dengan Diaspora Indonesia di Wisma Duta, Doha, Qatar beberapa waktu lalu.
“Yang sekarang, kemarin Rp 12.500 waktu saya masuk, tapi itu juga sebetulnya memberatkan kita semuanya karena memang kita terlalu banyak impor barang dari luar,” ujarnya.
Terkait mengapa saat ini nilai tukar rupiah merosot tajam, Jokowi menegaskan kondisi ini dipengaruhi kondisi perekonomian global dan faktor lainnya karena Indonesia terlalu banyak mengimpor. “Oleh karenanya, yang kita kejar saat ini adalah subsitusi dari barang impor,” terang dia.
“Padahal kita punya potensi, kekuatan untuk menyelesaikan yang impor-impor tadi, tapi memang butuh waktu,” imbuh dia.
Jokowi menambahkan yang terpenting saat ini harus melakukan transformasi dari sektor konsumsi ke sektor produksi, sehingga akan terjadi penguatan di sektor produksi, seperti peningkatan produksi beras, kedelai, jagung, gula dan daging.
“Menteri Pertanian saya perintahkan untuk urusan beras, kedelai, jagung dalam tiga tahun, gula lima tahun, daging memerlukan waktu lebih dari lima tahun,” tutup dia. []