WARTABUANA – Sebanyak 40 orang kaum muda terpilih yang sebagian besarnya aktivis mahasiswa berkumpul dikegiatan Pelatihan Juru Bicara Pancasila sesi ke-15 yang dihelat oleh Komunitas Bela Indonesia di Raffles City Hotel, Bengkulu.
Acara tersebut dihelat selama empat hari tiga malam, mulai Jumat (2/11) hingga Senin (5/11). Forum diskusi membahas tentang berbagai persoalan yang ada di Bengkulu, menjadi rangkaian inti dikegiatan hari pertama. Forum ini mendorong peserta untuk menyuarakan keluh kesah mereka tentang isu-isu yang terjadi hari ini dilingkungan tempat tinggalnya.
Salah satu persoalan yang menjadi perhatian mayoritas peserta adalah tentang keadilan dan kesejahteraan yang masih belum merata. Mereka melihat bahwa tindak kriminal dan konflik yang mengancam keamanan di Bengkulu masih sering terjadi dan hal ini sangat berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
“Pemerintah harus lebih mengupayakan pemerataan ekonomi sehingga masalah konflik, korupsi dan kriminalitas dapat ditekan serendah mungkin,” papar salah satu peserta.
Semakin sejahtera masyarakatnya, semakin rendah tingkat kriminalitasnya. Di samping itu, peserta juga mengangkat pengamalan Pancasila sebagai jalan tengah atas berbagai persoalan yang ada.
A. Hairul Umam, fasilitator pelatihan sesi ini, menjelaskan bahwa, kampanye semangat pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian juga penting sehingga bisa membantu dalam mengonter berbagai tindak kriminal.
Ada satu buku penting yang dibagikan ke tiap peserta pelatihan, yakni buku berjudul Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia, yang ditulis oleh Denny JA dan Tim. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa selama 13 tahun terakhir, dukungan warga terhadap Pancasila menurun sekitar 10 persen.
Kata Umam, diera yang sama, pendukung NKRI bersyariah naik 9 persen. 13 tahun kemudian, publik yang pro NKRI bersyariah tumbuh dari 4,6% (2005) menjadi 13,2% (2018). Karena itu, kesadaran untuk menumbuhkan dan menguatkan Pancasila sebagai ideologi tidak bisa hanya menjadi ranah pemerintah.
Trauma doktrinasi Pancasila ala Orde Baru, lanjut Umam, harus dijawab dengan membuat penguatan ideologi Pancasila menjadi bagian dari tanggung jawab bersama. Indonesia sebagai rumah bersama harus dirawat oleh semua elemen bangsa.
“Salah satu tugas utama Jubir Pancasila ini adalah memastikan bahwa gagasan Indonesia sebagai rumah bersama menjadi kesadaran kolektif bagi masyarakat, khususnya di masyarakat Bengkulu sendiri,” jelas Umam. Suara para peserta Jubir Pancasila ini diharapkan menjadi salah satu suara dari Bengkulu untuk Indonesia yang lebih baik.[]