WASHINGTON, DC – Badan intelijen Eropa dan Inggris, dikabarkan pernah menyadap pembicaraan komunikasi antara sejumlah pejabat Rusia dengan pembantu dekat Donald Trump, selama kampanye pemilu presiden tahun lalu.
Seperti dikabaran CNN belum lama ini, hasil penyadapan itu, dibagikan ke rekan-rekannya di jajaran pemerintah AS.
“Di antaranya kepada anggota Kongres, petugas keamanan dan badan intelijen AS dan Eropa,” tutur salah satu sumber CNN.
Yang pasti, penyadapan itu di antaranya dilakukan oleh Goverment Communications Headquarter, GCHQ, dan biro intelijen Inggris dilakukan tanpa tujuan untuk menyadap pembicaraan kubu Trump. Melainkan sebagai langkah monitor yang dilakukan GCHQ pada pejabat Rusia.
Hasil penyadapan itu dibagikan kepada para pejabat tinggi AS sesuai dengan perjanjian `Lima Mata` yang disepakati antara Inggris, AS, Canada, Australia dan Selandia Baru.
Tentu saja, berita mengejutkan ini banyak mempengaruhi investigasi Komisi Intelijen Senat AS yang kini tengah berlangsung. Seperti diketahui, komisi Senat menyelidiki kasus upaya Rusia mempengaruhi pemilu presiden 2016.
Sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari Gedung Putih. Namun, sekretaris pers Sean Spicer tetap bertahan bahwa Presiden Obama menyadap pembicaraan kubu Donald Trump. “Tiga sumber intelijen mengungkapkan pada Fox News, Presiden Obama tidak menggunakan badan intelijen AS, tapi menggunakan GCHQ,” tutur Sean Spicer.
Menanggapi hal itu, GCHQ mengeluarkan pernyataan resmi yang isinya membantah tuduhan tersebut. “Tuduhan yang dilakukan komentator Andrew Napolitano tentang kami, sangat menggelikan dan jangan dihiraukan,” bunyi pernyataan tersebut.[]