JAKARTA, WB – 90 persen orang sukses di dunia adalah orang yang cerdas mengelola emosi. Begitu juga emosi orang tua sangat berpengaruh kepada emosi anak.
Demikian disampaikan psikolog Hilman Almadani. “Kenyataannya ada orang tua yang belum mampu kendalikan emosi, karena tidak dilatih mengendalikan emosi saat kecil,” ujar Hilman yang juga konselor dan trainer Yayasan Kita dan Buah Hati.
Hilman menyampaikan keprihatinannya kepada anak-anak saat ini. Banyak fenomena di media yang memberitakan masalah yang menimpa anak-anak seraya mencontohkan cinta yang ditolak Murid SD mau bunuh diri. “Terbukti kecerdasan emosi generasi emas Indonesia saat ini memprihatinkan,” beber dia.
Cara bijak untuk kendalikan emosi anak selanjutnya, bersamaan dengan melatih kecerdasan emosi anak kita lihat dalam diri. “Yuk, latih kecerdasan emosi diri bersamaan dengan melatih anak kita,” pinta Hilman.
Kemudian hindarkan dari kondisi “BLAST”. Yang dimaksud “BLAST” menurut Hilman disini adalah dari kata tersebut memiliki makna. Huruf “B” dari kata “BLAST” tesebut adalah Bored atau bosan. Sedangkan “L” memiliki arti Lonely atau kesepian.
Sementara “A” adalah Afraid atau takut. “A” berikutnya adalah Angry atau marah. “S” dari kata stress atau tertekan dan Tired kepanjangan dari “T” atau lelah jiwa.
“Kondisi umum anak yang perkembangan kecerdasan emosinya terancam,” jelas dia.
Menurut Hilman anak mengalami “BLAST” lantaran orang tua terlalu fokus pada akademik semata dan anak dipaksa mampu calistung (membaca tulis menghitung) kurang dari tujuh tahun. “Anak “BLAST” juga disebabkan pola keseharian dimana orang tua ingin semua serba cepat terpenuhi atau dilakukan,” imbuh dia.
Penyebab anak yang tak punya kontrol emosi masih kata Hilman adalah lupa waktu karena sering bermain games. “Amigdala jadi sangat aktif akibatnya anak menjadi tidak punya kontrol emosi,” kata dia.
Cara terjitu berikutnya cerdaskan emosi anak dengan melatih ia mengenali emosinya. Misalnya biasakan baca bahasa tubuh, namai berbagai jenis perasaan, latih ia mengenali ciri-ciri setiap emosinya.
“Buatkan kanal jiwa untuk mengalirkan segala jenis emosi dengan menerima perasaannya,” ujarnya seraya menambahkan latih anak teknik pernapasan perut agar ia mampu kelola amarahnya.
Selain itu, ajarkan anak untuk menunda pemenuhan keinginannya untuk mengajarkan anak kontrol diri. Serta bantu anak mengenali apa yang membuatnya senang melakukan sesuatu dan sebaliknya untuk menumbuhkan kemampuan motivasi diri.
“Kenalkan anak pada konsekuensi dari setiap pilihan dan keputusan yang diambil. Biasakan mendongeng dan main tebak bahasa tubuh agar ia mampu mengenali emosi orang lain,” terang dia.
Jika sempit waktu bersama anak sambung dia turunkan ego dan bicara dengan intonasi yang tepat saat menelpon anak agar anak paham perasaan yang terpancar dari kata-kata kita.
“Anak yang cerdas emosi adalah anak yang Pre Frontal Cortex (PFC) nya berkembang,” tandas dia. []