JAMBI, WB – Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menilai bahwa sebagai seorang mahasiswa pastinya mempunyai mimpi dan cita-cita. Dan itu semua kata Gatot harus diwujudkan dengan kerja keras dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain kerja keras dan doa, diperlukan juga network yang kuat dan luas untuk mewujudkan mimpi tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa harus optimis bahwa mimpi besarnya akan terwujud.
Menurut Panglima, mimpi besar mahasiswa adalah mimpi yang akan membawa kesejahteraan kepada masyarakat dan bangsanya.
“Bila kalian kuliah jurusan teknik jangan hanya bermimpi jadi seorang teknisi pesawat, tetapi bermimpilah menjadi seorang pemilik pesawat terbang atau pengusaha penerbangan. Atau jangan hanya bermimpi menjadi seorang Dokter Umum atau Dokter Spesialis, tetapi bermimpilah menjadi dokter yang memiliki rumah sakit,” kata panglima saat memberikan Kuliah Umum kepada 4.700 Mahasiswa/Mahasiswi Universitas Jambi dengan tema “Tantangan dan Peluang Menjadi Bangsa Pemenang Dalam Kompetisi Global”, di Gedung Balairung Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak Mandalo Indah, Provinsi Jambi.
Mimpi besar kata panglima tidak akan bisa diwujudkan secara sendiri, tetapi dibutukan network untuk mendukung dan mewujudkan mimpi besar. Network sebagai salah satu jembatan meraih sukses, sehingga harus menjaga komunikasi atau hubungan baik dengan siapa saja terutama teman-teman sesama mahasiswa.
Panglima TNI mengatakan bahwa, tidak ada mimpi besar akan terwujud tanpa kerja keras dan melewati rintangan dan tantangan, oleh sebab itu mahasiswa jangan mudahmenyerah. Menurutnya, mimpi akan tercapai dengan tindakan nyata dan harus fleksibel terhadap hambatan-hambatan yang ada.
“Kamu harus aktif agar mimpimu itu menjadi kenyataan. Jangan puas dengan pelajaran di Kampus saja, harus ditambah dari luar,” ucapnya.
Disisi lain Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa, bangsa Indonesia adalah bangsa patriot yang berjiwa ksatria, karena setiap suku bangsa Indonesia masing-masing memiliki tarian perang dan senjata perang untuk mempertahankan diri.
“Disamping itu, rakyat Indonesia juga memiliki karakter gotong royong, yang tidak dimiliki oleh bangsa lain dan hanya di Indonesia yang memiliki bahasa gotong royong,” ujarnya.
Panglima TNI juga menyampaikan bahwa meskipun bangsa kita sudah berjuang selama ratusan tahun untuk meraih kemerdekaan mulai dari Aceh, Sumatera Utara terus sampai Pattimura, namun kemerdekaan tidak terwujud karena masih bersifat kedaerahan.
“Menyadari hal itu, maka pada tahun 1928 semua anak bangsa bersatu tanpa melihat Suku, Agama, Ras, Bahasa, semuanya mengaku bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu Indonesia. Inilah awal dari perjuangan panjang menyatukan bangsa ini, sehingga dengan gotong royong hanya perlu 17 tahun bangsa ini dapat Merdeka,” pungkas Panglima. []