JAKARTA, WB – Akibat isu kebijakan publik yang tidak disukai, pasangan gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot, elektabilitasnya terus mengalami menurunkan. Bahkan sejak bulan Maret 2016, Ahok dinilai terus menjadi common enemy.
Hasil survey yang dilakukan dari tanggal 28 September sampai 02 Oktober 2016, survey LSI menilai sosok Ahok masih cukup mumpuni dibandingkan kandidat pasangan lainnya. Namun memasuki bulan Oktober ini LSI mencatat elektabilitas Ahok akan terus turun sebesar angka 31,1 persen, yang sebelumnya mencapai 59,3 persen.
“Mengapa Ahok merosot ? Ahok sudah menjadi common enemy terutama dimedia sosial. Bahkan dimedia konvensional semakin banyak yang kritis padanya,”ujar Peneliti Lingkaran Survey Indonesia
(LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, dibilangan Rawamangun, Selasa (4/10/2016).
Adjie menuturkan, ada empat alasan Ahok menjadi common enemy, yang pertama adalah banyaknya isu kebijakan publik yang tidak disukai, seperti kebijakan penggusuran beberapa wilayah di DKI Jakarta.
“Selain penggusuran, Ahok juga diterpa isu reklamasi teluk. Dua isu ini punya pendukung dan kontranya, sehingga membuat Ahok tidak populer dikalangan wong cilik,” tutur Alfaraby.
Alasan kedua kata Alfaraby adalah isu personaliti. Menurutnya karakter Ahok yang kasar dan suka memaki orang didepan publik dianggap bukanlah tipe pemimpin yang layak diajarkan bahkan di tiru oleh anak-anak.
Alasan ketiga, lanjut Alfaraby adalah terkait isu primordial. Berdasarkan hasil data LSI, terdapat sekitar 40 persen pemilih muslim DKI, yang tidak bersedia dipimpin oleh pemimpin non muslim.
“Yang jelas ada upaya agar Ahok tidak terpilih sebagai bagian dari girah agama,” ujarnya.
Alasan keempat yang membuat elektabilitas Ahok kian turun lanjut Alfaraby, adalah banyak hadirnya kompetitor muda (fresh), seperti Anies Baswedan dan Agus Harimurti. Banyak yang beranggapan kalau kedua pesaing Ahok tersebut, banyak menarik hati pemilih muda.
Namun dari berbagai alasan publik yang menjatuhkan pamor Ahok tersebut , Alfaraby menilai kalau sosok Ahok masih cukup mumpuni dan diprediksi lolos putaran kedua nantinya.
“Yang jelas masih banyak sukses story Ahok yang dipuji seperti Jakarta bersih dengan pasukan orange-nya yang fokus membersihkan lingkungan di DKI Jakarta,” tandas Alfaraby.
Hasil survey dilakukan dengan tehnik wawancara dengan total responden 440 orang. Riset dilakukan dengan metode multi-stage random sampling dengan margin of error plus minus 4,8% dengan riset kualitatif. []