JAKARTA, WB – Di dunia ini tidak ada negara yang mampu mengatasi masalah-masalahnya hanya dalam waktu singkat. Bahkan Amerika Serikat yang dikenal sebagai the founding fathersnya demokrasi-pun akan mengalami kesulitan, apalagi jika berbicara soal Indonesia yang majemuk.
Hal itu disampaikanp Pengamat politik dari LIPI, Indria Samego. Menurutnya, mencari identitas ke Indonesiaan ini seperti apa? Banyak yang bilang NKRI itu harga mati itu sah-sah saja, tetapi dari standard saja, sudah berbeda disini. “Contohnya pendidikan antara Jakarta dan di Papua itu berbeda. Sayangnya soal ini tidak kena dan dipaparkan dalam visi misi dari kedua calon capres,” ujar Indria di bilangan Cikini, Kamis (19/6/2014)
Indria menilai, dua edisi debat capres yang digelar kemarin tak ubahnya lips servise semata. Karena tidak ada pemaparan yang kena dan tepat sasaran terkait masalah utama di Indonesia. Bahkan yang terjadi para timses dan pendukung kedua capres malah asik saling serang membuka fitnah sampai SARA.
“Kita sudah gelar pemilu dengan biaya sangat mahal, tetapi rakyat malah tidak dapat apa-apa. Rakyat cuma dapat uang dari serangan fajar, subuh, isya atau apalah. Duit masih menjadi penguasa, dan itu menjadi cerita masa lalu,” ujarnya.
Adanya serangan-serangan singkat itu, lanjut, Indria justru telah menjadi bagian dari sikap oknum yang hanya memanfaatkan kebodohon rakyatnya.
“Sudah empat kali pemilu, apakah sudah dirasakan ada inputnya ? Kalau soal Demokrasi, iya sudah ada, kemajukan ada, we had done. Tetapi kenapa rakyat tetap terbelakang. Ada pembagunan tetapi pemerataan tidak ada. Itu hasilnya dari pemilu kita saat ini,” pungkas Indria. []