WARTABUANA – Pemerintah untuk sementara menunda distribusi vaksin COVID-19 yang dikembangkan Universitas Oxford yang bekerja sama dengan perusahaan farmasi multinasional Inggris AstraZeneca, menyusul sejumlah laporan kasus pembekuan darah di beberapa negara Eropa, kata seorang pejabat pada Selasa (16/3).
Juru bicara vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi, mengatakan Indonesia masih menunggu hasil kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang efek samping dari vaksin AstraZeneca.
“Kami hanya menunda pendistribusian untuk sementara waktu), bukan membatalkan vaksinasi AstraZeneca. Kami berupaya bersikap hati-hati,” ujar Tarmidzi dalam konferensi pers virtual pada Selasa.
Pada 8 Maret, sebanyak 1,1 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca tiba di Indonesia melalui Fasilitas COVAX multilateral. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun telah mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin produksi Inggris tersebut.
Pemerintah mengaku tidak khawatir soal masa pakai vaksin AstraZeneca yang akan segera berakhir, mengingat kapasitas vaksinasi di dalam negeri sudah mencapai 250.000-300.000 suntikan per hari. “Artinya, 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca bisa digunakan hanya dalam waktu lima hari,” imbuh Tarmidzi. [Xinhua]