WARTABUANA – Para ilmuwan China memanfaatkan teknologi pengendalian penggurunan untuk membudidayakan 20 varietas tanaman tahan garam di sebuah kebun pembibitan di Laut Aral.
Zhao Zhenyong, seorang peneliti di Institut Ekologi dan Geografi Xinjiang di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS), mengatakan lebih dari 20 jenis tanaman yang tahan terhadap garam seperti red goosefoot, bayam liar dan Suaeda salsa tumbuh dengan baik di kebun itu dan terbukti memiliki efek mengurangi salinitas pada tanah. Tanaman-tanaman itu juga dapat digunakan sebagai rumput pakan ternak.
“Kami memiliki pengalaman dalam pertanian hemat air yang berefisien, restorasi ekologi serta pencegahan dan pengendalian penggurunan. Kami ingin berbagi pengalaman itu dengan negara-negara Asia Tengah dan berkontribusi pada perawatan ekologi di pesisir Laut Aral,” kata Jilil Abuduwali, peneliti lain di lembaga tersebut.
Laut Aral, yang pernah menjadi danau terbesar keempat di dunia, kini menyusut menjadi hanya 10 persen dari ukurannya pada 1960.
Pantai yang kering menghasilkan debu garam, yang merupakan ancaman serius bagi lingkungan ekologi lokal dan kesehatan masyarakat.
Ilmuwan China dan Uzbekistan merilis deklarasi bersama di Urumqi, ibu kota Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, pada Oktober 2019 untuk menjalin kerja sama regional dan memperbaiki lingkungan Laut Aral dengan teknologi dari kedua pihak dan negara lain.
Kebun pembibitan yang dibangun oleh para ilmuwan dari institut Xinjiang itu diharapkan akan menumbuhkan pohon-pohon muda dan mengembangkan teknik penanaman untuk membangun “penghalang hijau” di pesisir kering Laut Aral.
Institut tersebut telah membuat serangkaian pencapaian penelitian dalam pencegahan dan pengendalian penggurunan serta pertanian hemat air untuk meningkatkan produktivitas lahan, serta mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah-wilayah kering Xinjiang.[xinhua]