JAKARTA, WB – Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan paska terjadinya gempa bumi kuat berkekuatan M=6,5 pada 2 Juni 2016 yang merusak 2.663 rumah di Sumatera Barat dan Bengkulu, kini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, menyatakan bahwa Gunung Kerinci (3.805 m) berstatus waspada.
“Data pada pos pengamatan Gunung Kerinci PVMBG menunjukan adanya peningkatan aktivitas kegempaan, dan tremor yang terjadi menerus dengan amplitudo 0,5-2,0 mm. Hujan abu tipis juga dilaporkan terjadi, serta munculnya kepulan asap di sekitar gunung dengan ketinggian asap sekitar 400 hingga 500 meter. Seiring dengan penetapan status waspada, maka masyarakat di sekitar Gunung Kerinci dihimbau agar tidak mendekati kawah aktif dalam radius 3 kilometer,” kata Daryono kepada wartawan, Jakarta, Senin (6/6).
Dikatakan Daryono banyak pertanyaan dilontarkan oleh warga mengenai kemungkinan adanya kaitan antara gempa bumi kuat yang baru saja terjadi dengan aktivitas erupsi Gunung Kerinci. Apakah ada hubungan antara aktivitas gempa bumi kuat dengan meningkatnya aktivitas gunung api? Untuk menjawabnya, tentu kita harus memahami kondisi tektonik regional serta konsep hubungan stres-strain paska gempa bumi hingga terbentuknya tekanan di dapur magma.
“Gunung Kerinci terletak di zona Sesar Sumatera dan relatif dekat denga zona subduksi lempeng. Karena terletak di zona tektonik aktif, maka secara geologis, terbentukya Gunung Kerinci tidak lepas dari proses tektonovolkanik di zona ini. Sehingga, kondisi fisiografi, seismisitas, dan vulkanisme setempat sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan Lempeng IndoAustralia dengan Lempeng Eurasia,” tandas dia.
Pasca gempa 6,5 SR di barat daya Pesisir Selatan, yang dirasakan guncangannya hingga Jambi, Riau dan Singapore pada Kamis (2/6/2016), aktivitas Gunung Kerinci di Jambi meningkat dibandingkan sebelumnya. Sejak Jumat (3/6/2016) hingga sekarang teramati asap kelabu tinggi asap lebih kurang 400-500 meter dengan tekanan kuat condong ke arah timur dan barat.
Kondisi seismisitas berdasarkan pos pengamatan Gunung Kerinci PVMBG, tremor menerus dengan amplitude 0,5 – 2 mm dominan 1 mm. Amplitudo tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan letusan Gunung Bromo atau Gunung Raung yang mencapai sekitar 30 mm. Artinya letusan yang terjadi tidak terlalu besar dan mengkhawatirkan. []