JAKARTA, WB – Ketua Presidium Generasi Muda Khonghucu Indonesia (gemaku.org) Kris Tan, menilai bahwa pembangunan Patung Guan Yu Chang yang bergelar Kwan Seng Tee Koen di dalam Kelenteng Tuban, Jawa Timur, ditentang oleh umat Khonghucu.
Kris menilai, pembangunan patung di dalam Kompleks Kelenteng Tuban merupakan sikap yang tidak peka terhadap keutuhan berbangsa dan bernegara.
“Tuduhan yang beredar bahwa itu diprakarsai oleh umat Khonghucu adalah sebuah kekeliruan dan fitnah besar bagi penganut Khonghucu,” kata Kris lewat siaran persnya belum lama ini.
Ia menegaskan, dalam tradisi ajaran leluhur Tionghoa sama sekali tidak dikenal doktrin membangun ikon patung yang megah dan absurd yang bahkan menuju pada praktik-praktik menduakan Tuhan Yang Maha Esa.
Masih kata dia, dalam tradisi Khonghucu yang menjadi substansi religiusitas dan spiritualitas seseorang adalah bukan pada penyembahan terhadap benda-benda mati.
“Melainkan itu harus diejawantahkan dalam mencontoh prilaku dan meneladani sikap yang ditunjukan oleh Kwan Seng Tee Koen (Kwan Kong) yang kebetulan memang figur yang di anggap sebagai tokoh yang menjunjung tinggi Zhi, Ren, dan Yong yaitu Kebijaksanaan, Cinta kasih, dan Kebenaran,” katanya.
Generasi Muda Khonghucu Indonesia mengimbau kepada seluruh etnis Tionghoa Indonesia untuk selalu meneladani sikap Kwan Seng Tee Koen dengan sikap terpuji dan rasional dengan teladan perilaku, bukan justru menyembah patung dan menduakan sang Pencipta.
Seperti diberitakan, patung dewa raksasa di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban menghebohkan media sosial. Patung Guan Yu Chang yang bergelar Kwan Seng Tee Koen (jenderal dari Cina), dibuat dengan ukurannya yang menjulang hampir 30 meter, kehebohan juga karena ternyata belum mengantongi izin dari Pemda setempat.[]