JAKARTA, WB – Masih jelas dalam ingatan kita tentang gempa bumi yang mengguncang Kepulauan Mentawai pada tanggal 2 Maret 2016 pada pukul 19:49:47 WIB dengan kekuatan 7.8 SR dan berpotensi tsunami dan gempa ini telah membuat kepanikan di 7 wilayah kabupaten pesisir Sumatera barat karena BMKG mengeluarkan berita peringatan dini tsunami dengan status waspada untuk enam kabupaten pesisir Sumbar, yaitu kabupaten Pesisir Selatan.
Kemudian Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Agam dan Pasaman Barat, serta status siaga untuk kabupaten kepulauan Mentawai, kemudian gempabumi kuat kembali terjadi pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 05:56:01 WIB dengan kekuatan 6.5 SR pada lokasi 79 Km Barat Daya Pesisir Selatan dan kedalaman 72 Km.
“Berdasarkan parameter gempa bumi, kejadian gempabumi ini disebabkan oleh aktivitas subduksi penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia. Berdasarkan peta guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan intensitas gempabumi di sekitar Painan V-VI MMI (III SIG-BMKG), Padang IV MMI (II SIG-BMKG), dan Padang Panjang III-IV MMI (II SIG-BMKG). Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat yang diterima BMKG bahwa gempa bumi dirasakan cukup kuat di Painan, Padang dan Padang Panjang,” ujar Kepala BMKG Padang Panjang Rahmat Triyono kepada wartawan, Senin (6/6).
Dampak gempa bumi ini berdasarkan laporan dari BPBD Propinsi Sumatera Barat, menyebabkan 1.955 rumah masyarakat mengalami kerusakan dan menimbulkan korban 18 orang terluka.Dalam lima tahun terakhir ini, berdasarkan catatan seismograph hasil analisa BMKG Padang Panjang dapat disimpulkan bahwa tingginya frekuensi kejadian gempabumi di Sumatera khususnya Sumatera Barat disebabkan karena wilayah Sumatera Barat terdapat tiga sumber ancaman gempabumi yaitu pertama didaerah subduksi pertemuan antar lempeng tektonik India-Australia dengan lempeng Eurasia yang berjarak sekitar 250 km dari garis pantai pesisir barat Sumatera.
“Kedua didaerah sesar Mentawai yang berjaraknya sekitar 120 km dari garis pantai Sumatera Barat, dan yang ketiga adalah sumber ancaman gempabumi yang ada didaratan Sumatera yang sering disebut sesar Sumatera, sesar ini memanjang dari provinsi Lampung sampai ke provinsi Aceh sepanjang +/- 1900 km dan melewati beberapa kabupaten di Sumatera Barat antara lain Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, kota Padang Panjang, kota Bukit Tinggi, kabupaten Agam dan kabupaten Pasaman,” papar Rahmat.
Tentunya ancaman bencana gempabumi yang bersumber dari sesar Sumatera ini tidak dapat diabaikan begitu saja, sejarah mencatat kejadian gempa bumi tahun 2007 terjadi dalam kurun waktu 2 jam terjadi 2 kali gempa bumi merusak dengan pusat gempa di 0.55 LS, 100.47 BT (16 km Barat Daya Batu Sangkar) dengan kekuatan 6.4 SR dan di 0.47ᵒLS , 100.49ᵒ BT (11 km Barat Daya Batu Sangkar) dengan kekuatan 6.3 SR yang telah menelan korban jiwa sebanyak 67 orang dan 826 orang korban luka serta 43.719 kerusakan bangunan di Bukittinggi, Padang Panjang, Payakumbuh dan Solok.
“Dalam lima tahun terakhir ini, dari tahun 2011 sampai dengan awal tahun 2016 tercatat kejadian gempa bumi di wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya sebanyak 1617 gempa bumi, 135 diantaranya gempa bumi dengan kekuatan diatas 5.0 SR, 94 gempa bumi dirasakan dan beberapa diantaranya adalah gempa bumi merusak. Diantara kejadian gempa bumi merusak adalah gempa bumi tanggal 11 September 2014 yang mengguncang kota Padang Panjang dan Batusangkar – Kabupaten Tanah Datar dengan lokasi sekitar 14 km Barat Daya Batusangkar, Sumatera Barat dan kedalaman 10 km,” ungkap Rahmat.
Menurut Rahmat gempa bumi utama terjadi akibat aktivitas tektonik pada patahan Sumatera, tepatnya pada segmen Sianok, dimana mekanisme fokus yang terbentuk dari gempabumi tersebut adalah sesar mendatar kekanan. Gempabumi Batusangkar dengan magnitude 5.0 SR ini diikuti oleh 19 gempabumi susulan.
“Gempa bumi ini dirasakan maksimum V MMI di Padang Panjang dan Batusangkar, III – IV MMI di Bukittinggi, dan II – III MMI di Padang Pariaman. Gempa bumi ini menimbulkan korban luka dan kerusakan bangunan di sejumlah daerah di Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar. Data kerusakan di Kabupaten Tanah Datar meliputi : 35 unit rumah rusak ringan, 4 sarana pendidikan rusak ringan, 4 sarana ibadah rusak ringan, sedangkan jumlah korban luka ringan sebanyak 2 orang. Sedangkan di Padang Panjang 4 rumah rusak ringan, 3 sekolah rusak ringan, 2 rumah sakit rusak ringan dan 1 rumah sakit rusak sedang serta korban luka ringan sebanyak 2 orang,” tandasnya. []