WARTABUANA – Puluhan penari anak dari 8 provinsi mengawali kompetisi pada Gelar Tari Anak Indonesia yang merupakan rangkaian event Festival Seni Pertunjukkan 2018 ‘hajatan’ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Untuk tumbuhkan minat generasi muda di daerah terkait mengembangkan seni budaya, dalam paket Festival Seni Pertunjukan 2018 ini juga diadakan Pekan Teater Nasional dan Konser Karawitan Anak Indonesia.
Menurut Direktur Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Restu Gunawan, M.Hum, melalui kegiatan seni, secara tidak langsung dapat membentuk diri anak menjadi insan seimbang jasmani rohani.

“Pendidikan seni dapat menjadi sarana kegiatan anak untuk bereksperimen melakukan kegiatan kreatif dalam bentuk ekspresi visual, ekspresi kinetik atau ekspresi lainnya,” ujar Restu Gunawan di disela-sela acara yang digelar di Istana Anak-abak TMII, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
Restu Gunawan menambahkan, problem pengembangan kebudayaan di Indonesia salah satunya adalah rasa memiliki. Banyak pemerintah daerah yang menganggap bahwa pengembangan dan pelestarian kebudayaan menjadi pekerjaan dan tanggungjawab pemerintah pusat.
“Jadi ada daerah yang beranggapan bahwa kebudayaan, berkesenian adalah proyek pemerintah pusat. padahal kebudayaan juga tanggungjawab dan milik pemerintah daerah,” katanya.

Melalui festival seni ini Kemendikbud mendorong tumbuhnya rasa memiliki kesenian oleh pemerintah daerah. Jika sudah merasa menjadi pemilik kebudayaan, maka daerah akan bertanggungjawab terhadap pengembangan dan pelestarian kebudayaan yang ada di daerah.
Lebih lanjut Restu Gunawan menekankan, kebudayaan dan kesenian adalah media paling pas untuk menanamkan karakter kebangsaan, terutama untuk anak-anak. Karena dalam budaya dan berseni, anak diajarkan tentang nilai-nilai toleransi, percaya diri, kerjasama, gotong royong dan menghormati perbedaan.
“Saya ambil contoh saat memainkan musik, pemainnya tidak melihat latar belakang agamanya, sukunya.Kolaborasi antar pemain yang berbeda akan menghasilkan musik yang indah,” jelas Restu.

Kegiatan Festival Seni Pertunjukan tersebut Gelar Tari Anak Indonesia 2018, tanggal 2-6 Oktober, di Istana Anak-anak Indonesia, TMII yang diikuti 27 komunitas terpilih mewakili provinsi. Kemudian dilanjutkan Pekan Teater Nasional 2018, yang berlangsung tanggal 6-15 Oktober, di Graha Bhakti Budaya, TIM, diikuti 16 komunitas teater/kota berbasis penelitian.
Konser Karawitan Anak Indonesia 2018, yang berlangsung tanggal 25-27 di Graha Bhakti Budaya, TIM, diikuti oleh 31 komunitas karawitan/musik tradisional yang mewakili provinsi.
Di hari pertama Gelar Tari Anak Indonesia 2018, tampil tim dari Sulawesi Utara, Kepri, Jogjakarta, Bangka Belitung, Kaltim, Aceh, Kalbar dan Lampung. Di hari kedua akan tampil peserta dari 11 provinsi, sisanya akan unjuk kebolehan di hari terakhir.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Pelaksana “Festival Seni Pertunjukan 2018”, Edy Irawan untuk Gelar Tari Anak Indonesia dan Konser Karawitan Anak Indonesia sudah memberlakukan sistem open call terbatas.
“Sistem open call adalah sebuah sistem kurasi yang meminimalkan subyektivitas kedekatan pertemanan atau nepotisme. Sistem open call diharapkan lebih adil dan terbuka. Karena bisa diikuti semua stakeholder,”ujar Edy Irawan.
Dengan demikian, lanjut Edy, besar kemungkinan penyelenggara mendapat wakil komunitas seni dari daerah yang berkualitas. “Untuk itulah sistem penyelenggaraan ini perlu disosialisasikan dengan lebih intens. Sedangkan untuk Pekan Teater Nasional kami melakukan pendekatan kuratorial berbasis penelitian,” terang Edy Irawan yang juga menjabat sebagai Kasubdit Seni Pertunjukan Kemendikbud ini.

Erlangga Satria, salah satu penonton yang betah menyaksikan perform anakp-anak hingga akhir mengaku beruntung bisa hadir. “Saya tidak tahu ada acara sebagus ini. Saya datang ingin rekreasi di Taman Mini. Begitu sampai di Istana Anak-anak, ternyata ada acara seperti ini,” ujar Erlangga yang datang bersama istri dan dua anaknya.
Menurut Erlangga, acara yang sebagus itu dan menghadirkan anak-anak dari seluruh Indonesia, seharusnya disajikan di tempat yang lebih baik lagi dengan penggarapan yang lebih profesional. “Di sini panas, karena panggung terbuka, sound system dan tata cahayanya kurang baik,” ujar Erlangga yang ternyata seorang musisi.
Pemain gitar di salah satu home band ini berharap kepada pemerintah, khususnya kemendikbud agar lebih memperhatikan sisi penunjang sebuah pertunjukkan sehingga sajiannya akan semakin apik dan layak ditonton. []