WARTABUANA – Terlepas dari kebutuhan akan pendanaan tambahan, dua pertiga negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah telah memangkas anggaran pendidikan publik mereka sejak awal merebaknya pandemi COVID-19, menurut laporan baru yang dirilis pada Senin (22/2).
Laporan Education Finance Watch 2021, yang dirilis bersama oleh Bank Dunia (World Bank) dan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), menyebutkan bahwa anggaran pendidikan tidak dapat disesuaikan secara proporsional dengan tantangan yang dimunculkan oleh COVID-19, terutama di negara-negara miskin.
Sebagai perbandingan, hanya sepertiga dari negara-negara berpenghasilan menengah ke atas dan tinggi yang memangkas anggaran pendidikannya, menurut laporan tersebut, seraya menambahkan bahwa pemotongan anggaran tersebut “sejauh ini relatif kecil.”
“Namun, ada potensi bahwa pemotongan di masa mendatang akan lebih besar, lantaran pandemi terus membawa dampak ekonomi, dan posisi fiskal memburuk,” tambah laporan itu.
Laporan tahunan itu menyebutkan bahwa tren yang berbeda ini menyiratkan pelebaran signifikan dari “kesenjangan pengeluaran yang sudah besar” di antara negara-negara berpenghasilan rendah dan negara-negara berpenghasilan tinggi.
“Krisis kemiskinan dalam belajar (learning poverty) yang sudah ada sebelum COVID-19 menjadi semakin parah, dan kami juga khawatir tentang betapa tidak seimbangnya dampak (dari hal itu),” kata Mamta Murthi, yang menjabat sebagai wakil presiden bidang pembangunan manusia di Bank Dunia, dalam pernyataannya.
“Pendanaan eksternal adalah kunci untuk mendukung peluang pendidikan bagi negara-negara termiskin di dunia,” kata Stefania Giannini, yang menjabat sebagai asisten direktur jenderal pendidikan di UNESCO.
“Namun, negara-negara penyumbang kemungkinan akan mengalihkan anggaran bantuan mereka untuk prioritas domestik, dan beberapa bahkan sudah mulai melakukannya. Sektor kesehatan dan keadaan darurat lainnya juga membutuhkan dana,” kata Giannini. “Kami memprediksi adanya situasi yang menantang bagi negara-negara yang bergantung pada bantuan pendidikan.”
UNESCO memperkirakan bahwa bantuan pendidikan dapat menyusut sebesar 2 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.126) dari angka tertingginya pada 2020 dan tidak akan kembali ke level tahun 2018 selama enam tahun ke depan. [Xinhua]