WARTABUANA – Sebuah hotel karantina di Negara Bagian Victoria, Australia, ditutup setelah dua kasus baru COVID-19 dikaitkan dengan fasilitas itu.
Klaster COVID-19 di Holiday Inn Bandara Melbourne pada Rabu (10/2) bertambah menjadi tiga, meliputi seorang pelancong yang kembali dari bepergian yang meninggalkan hotel tersebut, seorang petugas layanan makanan dan minuman, dan seorang wanita petugas berwenang yang teruji positif COVID-19 pada Minggu (7/2).
Badan pemerintah yang bertanggung jawab atas sistem karantina hotel di Victoria, Quarantine Victoria (CQV), mengumumkan keputusan untuk menutup hotel itu pada Rabu pagi waktu setempat.
“CQV menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi yang ketat setelah seorang pekerja karantina hotel, yang terakhir bekerja di Holiday Inn Bandara Melbourne pada 4 Februari, teruji positif virus tersebut,” ungkap CQV dalam sebuah pernyataan.
“Sebagai langkah pencegahan yang ketat, Holiday Inn Bandara Melbourne ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut untuk pembersihan terminal, dengan pelacakan kontak dan investigasi menyeluruh sedang dilakukan.”
Siapa pun yang menghabiskan 15 menit atau lebih di hotel itu antara 27 Januari dan 9 Februari kini dianggap sebagai kontak dekat utama wabah itu dan akan diwajibkan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.
Sebanyak 48 penghuni Holiday Inn saat ini dipindahkan ke Pullman Melbourne untuk menjalani karantina selama beberapa hari. Sementara itu, sekitar 135 staf di hotel tersebut dirumahkan tadi malam, diinstruksikan untuk menjalani karantina selama 14 hari di rumah dan melakukan tes ulang.
Kepala Pemerintahan Negara Bagian Victoria Daniel Andrews mengatakan rencana untuk menaikkan pembatasan kedatangan internasional di Victoria akan ditunda karena otoritas kesehatan memprioritaskan penyelidikan kasus-kasus baru.
Kepala Dinas Kesehatan Negara Bagian Victoria Brett Sutton menyebut “teori yang mungkin terjadi” adalah tiga kasus tersebut terkait dengan paparan dari perangkat medis yaitu nebuliser.
“Nebuliser dapat menguapkan obat atau cairan menjadi seperti kabut halus. Apa pun bisa masuk ke dalamnya, terutama jika alat itu digunakan sebagai pengobatan dan seseorang ternyata terinfeksi atau kemudian teruji positif. Virus dan kabut halus itu dapat melayang di udara bersama partikel-partikel halus,” ujarnya.
“Menurut kami, paparannya bisa sampai sedemikian. Nebuliser ini memungkinkan virus terbawa ke koridor dan memungkinkan keterpaparan bagi si petugas berwenang, petugas layanan makanan dan minuman, serta penghuni hotel satunya tadi.” [Xinhua]