JAKARTA, WB – Anggota Komisi VII dari fraksi partai Golkar, Satya W Yudha menilai bahwa, Sektor Migas jika dilihat dari sisi bisnis dan proses, diaku dirinya banyak yang tidak efisien. Dikatakan tidak efisien, kata Satya, lantaran sejauh ini banyak sumber daya alam pekerja di sektor energi tidak memahami bagaimana menggunakan berbagai peratalan untuk bereksplorasi.
“Jadi banyak dari tehnologi canggih yang diterapkan di Indonesia yang digunakan untuk bereksplorasi, ternyata tidak efisien karena sdm kita tidak siap,” ujar Satya, dalam diskusi mingguan dibilangan Cikini, Sabtu (6/9/2014).
Politisi kelahiran Kediri, Jawa Timur itu menambahkan, selain adanya ketidak mampuan pemahaman terhadap peralatan tehnologi tersebut, SKK Migas yang seharusnya bisa menjadi pengawas namun banyak yang bermain kong-kalikong dengan para mafia migas. Hal itulah kenapa pusaran korupsi di Migas kian menjadi-jadi.
“SKK Migas itu untuk melakukan revisi dan review agar mengetahui berapa pendapatan negara. Fungsi SKK Migas harusnya bisa meriview segala probleme yang terjadi, tapi masalahnya SKK migas disini yang harusnya bisa menjadi pengawas berbagai proses malah banyak yang berkongkalikong dengan para mafia,” tuturnya.
Saat ini peraih gelar pascasarjana (MSc) di Oil and Gas Project Quality Management ini menambahkan, DPR telah melakukan pengecekan dari data-data yang didapat terkait berapa jumlah ekplorasi yang saat ini sedang digarap.
“Dan dari catatan yang didapat, ternyata dari sekitar seratus blok eksplorasi ternyata hanya ada sekitar 30 blok saja yang dieksplorasi. Dari data itu kita lakukan investigasi,” tandas Satya.[]