JAKARTA, WB – Intan Olivia Marbun telah menjadi korban akibat aksi pelemparan bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur. Aksi teror kekerasan itupun banyak tuai kecaman.
Dr Syaiful Rahim selaku Tokoh muda Muhamadiyah, menjelaskan bahwa tidak ada satupun agama di Indonesia yang memvonis kebenaran secara sepihak apalagi dikerdilkan dengan pembenaran teror dan kekerasan.
“Oleh karena itu segenap elemen bangsa mari bersatu padu melawan bentuk kekerasan atas dasar apapun karena tidak sesuai dengan martabat dan keadaban kita sebagai manusia, ” ujar Syaiful dalam pesan singkatnya kepada wartawan belum lama ini.
“Melukai kedamaian dan rasa keberagaman kita sebagai bangsa yang majemuk. Oleh karena itu kami mengutuk segala bentuk kekerasan yang menodai sikap kerukunan,” lanjutnya.
Menurutnya, Negara harus hadir dan menjamin kebebasan berkehidupan dan keber-agamaan di seluruh tumpah darah Indonesia.
Ia meminta Polri dan aparat yang berwenang diminta segera bertindak tegas tanpa keraguan sedikit pun terhadap mereka yang melakukan upaya-upaya memecah kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara mantan aktivis 98, Taufan Hunneman berpandangan bom molotov di Samarinda juga di kalimantan merupakan satu ujian bersama tentang keberagaman NKRI sebagai bangsa.
Ia meminta agar setiap umat beragama supaya menahan diri agar tidak masuk dalam skenario adu domba yang akan meluluhlantakkan persatuan dan kesatuan sebagai bangsa.
Intan Marbun, balita berusia 2,5 tahun itu meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit akibat aksi pelemparan bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur. []