JAKARTA, WB – Kepala Pusat Data Informasi dan Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menilai bahwa sistem di Indonesia hanya mampu melakukan deteksi tsunami pada waktu 30 menit, untuk segera melakukan evakuasi. Dengan sistem tersebut diakui Sutopo setidaknya mampu memberikan sikap antisipasi terhadap masyarakat yang bermukim diwilayah yang rawan akan tsunami.
Namun sayangnya, sistem antisipasi bahaya deteksi tsunami jauh dari kata tercukupi. Dari catatan BNPB, ada sekitar lima juta jiwa penduduk yang tinggal didaerah rawan, sedang dan tinggi tsunami. Dan dalam rentang waktu antara tahun 1629 sampai 2014, tercatat telah terjadi 174 tsunami di Indonesia.
“Sayangnya infrastruktur peringatan dini tsunami masih sangat terbatas, dari 4.500 km panjang pantai yang rawan tsunami, hanya ada 38 sirine tsunami dari kebutuhan 1000 sirine,” ujar Sutopo melalui pesan singkatnya, Minggu (16/11/2014).
Selain sirene yang jauh dari kata cukup, Sutopo juga menjelaskan kalau shelter evakuasi Indonesia hanya memiliki sekitar 50 unit, padahal sejatinya shelter yang dibutuhkan sebanyak 2.500 unit.
“Ini adaah fakta. Jadi tsunami harus menjadi perhatian seriusdari pemerintah, pemda, guna melindungi masyarakat dari ancaman tsunami,” tandas Sutopo.[]