NEW YORK, WB – Perang mulut antara Rusia dan AS terjadi dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, yang membahas tentang serangan gas saraf di pemukiman sipil Douma, Suriah.
Seperti dikabarkan BBC, Nikki Haley, yang merupakan wakil tetap AS di PBB menyatakan bahwa tangan Rusia, sebagai pendukung militer rezim Suriah yang mengakibatkan bersimbah darah bocah-bocah Suriah. Hal tersebut diungapkan Nikki Halley setelah Komunitas Medis Amerika-Suriah mengungkapkan sedikitnya 500 orang jadi korban gas saraf, dan kini berada disejumlah rumah sakit di Douma.
Gejala yang ditemukan di tubuh korban menunjukkan indikasi terjadi serangan gas kimia, bunyi pernyataan itu. Di antaranya, kesulitan bernafas, kulit kebiruan, mulut berbusa dan kornea mata terbakar serta bau udara seperti klorin, bunyi pernyataan tersebut.
Belum diketahui berapa korban yang terkena gas mematikan itu, karena pihak militer Rusia dan Suriah melarang para peninjau memasuki kawasan Douma. Jumlah korban diduga berkisar antara 42 orang hingga 60 orang. Jumlah korban bakal semakin meningkat karena petugas palang merah dilarang memasuki kawasan tersebut.
Menanggapi hal itu, Vassily Nebezia, Dubes Rusia di PBB naik pitam. Vasilly mengancam AS bakal menghadapi reaksi yang buruk dari kuburan bila AS melakukan serangan terharap rezim Suriah, yang dituduh melakukan serangan gas saraf kepada penduduk sipil. Tidak ada serangan senjata kimia, kata Vassily Senin pagi. Rusia, menurutnya, mengundang badan pemeriksa internasional untuk meninjau kawasan Douma, hari ini Selasa (10/4/2018).
Namun Nikki Haley tak gentar. Wakil AS di PBB itu mengutuk Presiden Bashar Al-Assad sebagai monster. Tidak peduli apakah Dewan Keamanan PBB akan bertindak atau tidak, tapi AS akan melakukan tanggapan, tegas Nikki.[]