JAKARTA, WB – Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda berpendapat mega infrastruktur proyek reklamasi Jakarta bisa menimbulkan dampak buruk kedepannya. Gempa-gempa berkekuatan besar bisa terjadi di luar Jakarta terutama dari pesisir selatan Pulau Jawa sangat mungkin berimbas ke Jakarta.
“Proyek Reklamasi Jakarta memang sudah seharusnya dihentikan sebelum memakan korban jiwa. Kondisi geologis Jakarta yang rawan terdampak gempa bumi merupakan ancaman besar yang patut diwaspadai. Riset terbaru oleh Saygin, et al. (2016) dari Australian National University menemukan bahwa Jakarta terletak di atas lapisan sedimen tebal yang berpotensi terkena dampak aktivitas seismik saat subduksi terjadi di sepanjang lempeng Pasifik,” demikian disampaikan PPI Belanda lewat press release yang diterima redaksi Wartabuana.com, Jakarta, Selasa (19/7).
Argumen ini disampaikan Sekretaris Jenderal PPI Belanda Ali Abdillah, PhD Candidate/Researcher at Unite – University of Twente dan Post doctoral Fellow at Universiteit Utrecht.
Studi yang dilakukan oleh LIPI menyebutkan bahwa gempa raksasa pada tahun 1699 pernah memporakporandakan Jakarta. Gempa tersebut berpotensi akan datang kembali apabila memiliki probabilitas waktu ulang 500 tahun (dapat dilihat di http://lipi.go.id/lipimedia/Peta-Direvisi-Sumber-Baru-Gempa-Ditemukan/15689). Berdasarkan fakta tersebut, membangun tembok raksasa di Teluk Jakarta cukup berisiko.
Selain itu, potensi gempa dengan tambahan beban bangunan yang sangat besar di atas material dasar laut yang belum terkonsolidasi dapat menimbulkan liquifaksi. Hal ini terjadi di bandara Kansai Jepang yang saat ini nyaris tenggelam karena pulau reklamasi tidak kuat menanggung besarnya beban infrastruktur dan liquifaksi akibat gempa. Kami tidak menemukan satu pun dokumen pendukung NCICD yang membahas toleransi tanggul raksasa terhadap gempa bumi. []