KUALA LUMPUR, 3 Juli (Xinhua) — Meskipun penjualan mobil di Malaysia mengalami penurunan, para analis memprediksi bahwa kendaraan listrik (electric vehicle/EV) akan terus meningkatkan daya tariknya di negara tersebut.
MIDF Research dalam sebuah laporan pada Rabu (2/7) menyebutkan bahwa elektrifikasi terus meraih momentum di Malaysia, meski total volume industri (total industry volume/TIV) secara keseluruhan mengalami penurunan. Data pemerintah per Mei lalu menunjukkan bahwa segmen EV tetap menunjukkan perkembangan positif, dengan kenaikan 58,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode Januari-Mei, dan meningkat 69,3 persen (yoy) pada Mei, dengan 4.152 unit terdaftar.
Laporan tersebut memaparkan bahwa merek lokal Proton sedang dalam proses untuk memulai perakitan lokal e.MAS 7 di pabrik EV barunya yang berada di Tanjung Malim per akhir tahun ini, sementara merek Perodua sedang bersiap untuk meluncurkan EV pertamanya (yang masuk dalam kategori B-segment hatchback) pada kuartal keempat (Q4) 2025.
Selain itu, laporan tersebut juga menjelaskan bahwa infrastruktur pengisian daya EV semakin berkembang, dengan lebih dari 4.000 stasiun pengisian daya telah terpasang, meskipun jumlah tersebut masih belum mencapai target 10.000 unit pada akhir tahun.
TA Securities juga mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa momentum EV diperkirakan akan terus berlanjut, dengan lebih banyak model akan diluncurkan pada paruh kedua (H2) 2025 dan hingga 2026, sehingga memberikan aksesibilitas yang lebih luas dan pilihan yang lebih banyak bagi konsumen.
Saat ini, konsumen memiliki akses terhadap lebih dari 40 model EV, mencerminkan portofolio yang berkembang dengan pesat. TA Securities menyebutkan bahwa produsen otomotif asal China seperti BYD, Chery, Xpeng, dan Geely terus memperluas jangkauan pasar mereka dengan menawarkan model-model yang kaya fitur dengan harga kompetitif.
Pada saat yang sama, merek-merek premium seperti BMW, Mercedes-Benz, dan Porsche semakin gencar memperkenalkan lini EV mereka dengan tujuan untuk menjajaki segmen kendaraan listrik mewah.
Secara keseluruhan, lembaga riset tersebut memproyeksikan bahwa penjualan otomotif pada H2 tahun ini kemungkinan akan mengalami lonjakan sementara, khususnya untuk EV, seiring konsumen berupaya untuk memanfaatkan pembebasan pajak yang saat ini diterapkan sebelum masa berlakunya berakhir pada akhir Desember 2025. Permintaan yang dimajukan ini dapat menguntungkan merek-merek dengan penawaran EV kompetitif.
Kendati demikian, lembaga tersebut juga mengakui bahwa ketidakpastian terkait kemungkinan penerapan pajak jalan untuk EV dapat membuat sebagian konsumen menunda pembelian.
Lembaga itu berpendapat bahwa penghapusan batas harga minimum sebesar 100.000 ringgit (1 ringgit = Rp3.843) untuk EV impor, yang juga akan berakhir pada Desember 2025, diperkirakan akan menarik lebih banyak model asing dengan biaya rendah, sehingga meningkatkan persaingan harga dan menekan margin.
“Meskipun peningkatan jangka pendek mungkin terjadi, prospek secara keseluruhan harus tetap waspada karena risiko kebijakan, kekhawatiran tentang keterjangkauan, serta persaingan pasar yang semakin ketat,” ujar lembaga riset tersebut.
Maybank Investment Bank dalam laporan terbarunya juga menyebutkan bahwa investasi terkait EV mulai meraih momentum pada H1 2025 di Malaysia, seiring pembebasan pada barang impor dan bea cukai untuk EV yang diimpor dalam kondisi completely built up (CBU), serta pembatasan impor EV CBU dengan harga di bawah 100.000 ringgit, dijadwalkan berakhir pada akhir 2025. Lembaga riset tersebut berpendapat bahwa momentum ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga H2 tahun ini. Selesai