JAKARTA, WB – Pemerintahan Jokowi-JK bakal dihadapkan dengan banyak masalah multikomplek. Apalagi di masa kepemimpinan mereka merupakan periode klimaks dari banyaknya masalah yang disisakan dari pemimpin sebelumnya.
Padahal disisi lain, harapan masyarakat terhadap Jokowi-JK sangat tinggi. Maka dari itu, mau tak mau haruslah dibangun pondasi pemerintahan yang ekstra kuat.
Juru bicara Generasi Aktivis 98 (Gen 98), Ahmad Diddoy mengungkapkan, untuk menguatkan struktur kepemerintahan Jokowi-JK itu, sedikitnya ada tiga wilayah yang harus dikonsentrasikan dalam menyanggah poros-poros struktur kabinetnya nanti. Diantaranya wilayah keamanan, wilayah informasi dan komunikasi, serta energi.
“Komposisi parlemen yang tidak seimbang membuat ketegangan hubungan eksekutif-legislatif, belum lagi beberapa wilayah yang masih bergejolak karena persoalan kedaerahan dan menguatnya radikalisasi kelompok yang mengatasnamakan Islam. Sebab isu mengenai SARA makin meluas sejak Pilpres kemarin,” kata Diddoy kepada wartawan, Jumat (19/09/2014).
Melihat masalah tersebut, lanjut Diddoy, maka struktur keamanan khususnya Badan Intelijen Negara (BIN) haruslah sosok yang memenuhi beberapa kriteria, seperti bagian dari komunitas intelijen, mempunyai networking yang kuat, baik di luar negeri maupun dalam negeri, dan berasal dari ormas keagamaan yang kuat serta mendapat dukungan.
“Sosok yang tepat mengisi pos tersebut adalah mantan wakil kepala BIN, dan wakil ketua umum PBNU, KH Askad Ali,” tuturnya.
Untuk figur yang tepat mengisi wilayah informasi dan komunikasi, lanjut Diddoy, adalah orang yang mampu menguasai jaringan telekomunikasi, yang tak hanya tertata frekuensi siaran dan jaringan saja di banyak wilayah, melainkan bisa mensosialisasikan kendala maupun program-program kepemerintahan Jokowi-JK melalui siaran informasi.
“Sosok yang tepat bagi kami yakni ikon lembaga survey yang juga aktivis 80an, Denny JA,” lanjutnya.
Untuk wilayah energi, sambung Diddoy, haruslah orang yang mampu mengatasi krisis listrik dan migas yang diprediksi bakal mencapai puncaknya pada tahun 2018. Untuk itu, pihaknya menilai orang yang tepat adalah sosok yang punya pengalaman di bidang energi itu sendiri.
“Saya pikir mantan staf ahli PLN, Martunus Haris adalah orang yang kompeten dalam bidang tersebut,” tutupnya. []