WARTABUANA – Penutupan sekolah terkait COVID-19 berisiko membuat 72 juta lagi anak usia sekolah dasar (SD) mengalami “kemiskinan belajar”. Artinya, mereka tidak akan memiliki kemampuan yang cukup untuk membaca dan memahami teks sederhana pada usia 10 tahun, ungkap Bank Dunia pada Rabu (2/12).
Pandemi ini kian memperparah krisis pembelajaran global yang sudah ada, menurut dua laporan terbaru Bank Dunia, yang menguraikan visi baru untuk pembelajaran serta investasi dan kebijakan yang diperlukan, termasuk di bidang teknologi pendidikan.
Akibat pandemi, persentase anak usia SD di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang hidup dalam kemiskinan belajar dapat meningkat menjadi 63 persen, dari semula 53 persen. Lebih lanjut laporan itu menjelaskan bahwa hal tersebut akan membuat generasi pelajar saat ini berisiko kehilangan penghasilan sekitar 10 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp 14.164) di masa depan, angka yang setara dengan hampir 10 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global.
Pandemi dapat meningkatkan persentase anak usia sekolah dasar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang hidup dalam kemiskinan belajar menjadi 63 persen dari semula 53 persen, menurut Bank Dunia.
Penutupan sekolah akibat COVID-19 telah membuat sebagian besar siswa di planet ini terpaksa tak bisa bersekolah. Jumlah mereka mencapai 1,6 miliar pada puncaknya April lalu, dan saat ini angkanya masih mendekati 700 juta siswa, imbuh laporan tersebut.
Dampak negatif dari kontraksi ekonomi global yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pendapatan keluarga initelah meningkatkan risiko putus sekolah, kata laporan itu, menambahkan bahwa kelompok marginal kemungkinan akan semakin tertinggal.
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2020/12/islam-abad1.jpg)
Dalam merespons situasi pandemi saat ini, sistem pendidikan telah dipaksa untuk dengan cepat menerapkan inovasi pembelajaran jarak jauh dalam skala besar. Namun, kesenjangan digital yang besar dan ketidaksetaraan dalam kualitas dukungan orang tua dan lingkungan belajar di rumah kian memperburuk situasi kesenjangan pembelajaran ini.
“Tanpa tindakan segera, para pelajar generasi ini mungkin tidak akan pernah bisa mencapai kemampuan penuh dan potensi penghasilan mereka di masa depan, dan negara-negara akan kehilangan sumber daya manusia yang penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pembangunan Manusia, Mamta Murthi, dalam acara peluncuran virtual pada Rabu.
“Melalui tindakan visioner dan berani, para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan di seluruh dunia dapat mengubah krisis ini menjadi keuntungan untuk mengubah sistem pendidikan sehingga semua anak dapat benar-benar mencapai pembelajaran dengan suka cita, disiplin, dan tujuan, di mana pun itu,” imbuh Murthi. [xinhua]