JAKARTA, WB – Memasuki bulan suci ramadhan, dunia politik tanah air sedikit memiliki warna dari seorang Airlangga Hartarto. Pria yang kini menjabat sebagai Menteri Perindustrian, dan juga Ketua Umum Golkar, mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dengan membaca puisi sufi terkenal `Rabi`ah Adawiyyah.
Dalam video tersebut, Video Airlangga membaca puisi, ternyata beredar viral di aneka WA grup. Bahkan di Youtube, video ini dalam waktu 3 hari sudah ditonton oleh lebih dari 100 ribu.
“Puisi Rabi`ah sangat dikenal karena ia mengembangkan cinta yang tulus kepada Allah, tanpa perhitungan surga dan neraka. Ia hidup di tahun 700an, sekitar 1300 tahun yang lalu, di Kota Basrah, Irak masa kini,” ujar Budayawan dan juga analis politik Denny JA, lewat siaran persnya, Senin (21/5/2018).
Karena keistimewaannya, Adawiyah disebut sebagai Ibu Sufi Besar atau The Mother of Grand Master. Kisah hidup dan puisinya menarik banyak peneliti, termasuk akademisi barat seperti Margareth Smith.
Cuplikan puisi Rabiah yang dikutip Airlangga Hartarto, Jika aku menyembahMU karena inginkan surga, tutuplah pintu surga bagiku. Jika aku menyembahMU karena takutkan api neraka, cemplungkanlah aku ke dalam api neraka. Tapi jika aku menyembaMu karena cintaku padaMU, janganlah KAU tolak cintaku.
“Itu gejala publik yang rindu pemimpin menyitir puisi. Ruang publik kita terlalu dipenuhi soal konflik politik atau tabel ekonomi. Perlu lebih banyak puisi agar percakapan di ruang publik lebih filosofis, lebih mengajak renungan. Bulan puasa sangat sesuai bagi para pemimpin untuk ikut membaca puisi,” kata Denny.
Di era awal kemerdekaan, sambung Denny,!Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir sangat sering mengutip puisi dalam pidatonya. Bahkan Mohamad Yamin sendiri juga seorang penyair. Di tingkat dunia John F Kennedy dan Winston Churchill juga gemar mencitir puisi. Bahkan seorang Mao Tse Tung juga menulis puisi.
“Publik merindukan lebih banyak pemimpin membaca puisi. Itu sebabnya mengapa video Airlangga Hartarto membaca puisi ramadhan menjadi viral,” ujar Denny JA, pendiri Lingkaran Survei Indonesia, yang juga dikenal sebagai penggagas puisi esai.[]