WARTABUANA – Keanekaragaman budaya Indonesia merupakan potensi sosial yang membentuk karakter dan citra budaya bangsa. Salah satu potensi tersebut adalah musik etnik Nusantara. Bahkan musik etnik Nusantara terbukti mampu menjadi perekat dan menjaga kebhinekaan.
“Kemajemukan yang dimiliki bangsa kita adalah sebuah kekayaan dan karunia besar. Dari sisi kultural Indonesia mewarisi kearifan lokal yang sarat dengan nilai-nilai pluralisme. Kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni, diantaranya lewat musik,” kata Deputi I Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badang Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), Dra. Poppy Savitri, usai tampil sebagai pembicara pada acara dialog interaktif , yang digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Kamis (30/3/2017).
Dialog interaktif bertema “Distribusi Musik Digital Harapan dan Tantangan” yang digelar dalam rangka Peringatan Hari Musik Nasional 2017 ini, diselenggarakan Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia, bekerjasama dengan Indonesia Drum & Perkusi Festival 2017. Didukung Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan RI), PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia), dan Nagaswara Music.
Menghadirkan pembicara Dwiki Dharmawan (Ketua LMK PAPPRI & AMI Awards), Rahayu Kertawiguna (Chief Executive Officer Label Nagaswara Music), Dra. Poppy Savitri (Deputi I Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badang Ekonomi Kreatif Indonesia), dan Laksamana Pertama TNI Muhammad Faisal, SE, MM, (Direktur Bela Negara Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI), serta dipandu Irish Riswoyo (Wartawan Musik).
Lebih jauh, Poppy mengatakan, keanekaragaman musik etnik sebagai kekayaan intelektual dan kultural perlu terus dilestarikan. Apalagi hampir seluruh seni tradisional Indonesia memilik semangat kolektivitas tinggi. Ciri tersebut menurutnya, dikenali sebagai karakter khas masyarakat Indonesia, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan. “Musik etnik bagian dari simbol kebersamaan, menyatukan perbedaan (Bhineka Tunggal Ika), penuh dengan toleransi,” ungkapnya.
Seiring peningkatan teknologi dan transformasi budaya global, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional menghadapi tantangan. Hal ini, kata Poppy, perlu dicermati karena nilai-nilai tradisional Indonesia mengandung banyak kearifan lokal yang masih relevan dengan kekinian. “Saya berharap musik etnik bisa terlestarikan di tengah era digital masa kini. Tentu hal ini bisa dibantu oleh para ahlinya. Musik etnik yang kaya itu seharusnya dilestarikan, diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh. Bila tidak dipakai akan punah,” ujar Poppy.
Poppy berharap, para musisi muda terus bergairah mengeskplorasi potensi musik yang memiliki akar budaya Indonesia. “Hal ini diantaranya dapat dilakukan melalui berbagai festival, kompetisi dan ajang apresiasi lainnya. Anak-anak muda dirasang untuk menggunakan alat-alat musik tradisional. Selain upaya pelestarian, musik etnik juga bisa dikembangkan menjadi komoditas ke dalam industri kreatif,” sarannya.
Terkait rencana Pemerintah, dalam hal ini Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), untuk perkembangan musik etnik Indonesia, Poppy mengaku Pemerintah belum memiliki program khusus untuk itu. “Kami belum punya program khusus untuk itu. Saya kira kita perlu duduk bareng untuk memanfaatkan potensi kita yang sedemikian kaya. Agar hal ini selain untuk pelestarian juga produktivitas bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya seniman. Apalagi jangan sampai musik kita punah kemudian kehilangan akar sejarahnya,” ujar Poppy menutup wawancara.[]