WARTABUANA.COM, JAKARTA – Penyakit TBC (Tuberkulosis) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian penting di DKI Jakarta.
Upaya pencegahan penyebaran penyakit TBC, Puskesmas Kecamatan Cakung, Jakarta Timur kerap melakukan pelacakan kasus TBC melalui investigasi kontak atau kunjungan rumah.
Seperti yang dilakukan petugas kesehatan Kecamatan Cakung yang berkoordinasi dengan para kader kesehatan yang ada di kelurahan Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Investigasi kontak dilakukan langsung ke lapangan secara menyeluruh untuk menelusuri kasus TBC di lingkungan RW. 017,Kel. Penggilingan, Kec. Cakung , Jakarta Timur. Investigasi kontak dilakukan agar tidak terjadi penambahan kasus baru.
Petugas PKL Penggilingan PIK, Ratnaningsih, Amd.Kep dan Kader TBC bernama Ana mendatangin rumah yang ditemukan kasus TBC. Dengan membawa perlengkapan pengetesaan dahak mulai mendata, petugas sebelumnya memberikan edukasi tentang bahaya TBC dan tata cara bagaimana mengeluarkan dahak. Setelah itu, warga diminta memelakukan tes dahak, kemudian sempel dahak dibawa ke laboraturiun Puskesmas Kecamatan Cakung untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Jika hasilnya positif TBC, warga tersebut akan didampingin mulai dari pemeriksaan hingga sembuh.
Pelaksana Teknis Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat, dr. Santi Rosmaria menyampaikan pentingnya investigasi kontak pada penemuan kasus TBC. Tujuan dari investigasi kontak yaitu menemukan kasus TBC secara dini, menemukan TBC laten pada anak usia dibawah 5 tahun, mencegah penularan pada kontak yang sehat, dan memutus rantai penularan TBC di masyarakat. Investigasi Kontak dilakukan terhadap seluruh kontak dari semua pasien TBC. Investigasi kontak dilaksanakan dengan kerja sama antara petugas kesehatan, organisasi komunitas beserta anggota, dan kader TBC.
“Investigasi kontak ditujukan pada orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien TBC untuk menemukan terduga TBC. Nantinya kontak yang terduga TBC akan mengunjungi layanan untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosis TBC maka akan diberikan pengobatan yang tepat sesuai standar dan sedini mungkin,” ujarnya.
Dikatakan dr, Santi, kontak investigasi memiliki beberapa manfaat yaitu: meningkatkan penemuan kasus, memutus mata rantai penularan penyakit TBC.
“Tuberkulosis memang sangat berbahaya, akan tetapi dapat mencegah jika kita menerapkan pola hidup bersih dan sehat, salah satu upaya untuk mengurangi penyebaran tuberkulosis yaitu dengan cara investigasi kontak,” paparnya.
Diketahui, TBC merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya yang dapat menyerang manusia, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering adalah infeksi tuberkulosis paru-paru, TBC biasanya akan menimbulkan gejala berupa: batuk, dada terasa sakit, dahak ada darahnya, sesak napas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas, tidak nafsu makan, mual dan muntah, mudah lelah atau sering lemas.
Dr. Santi mengatakan, penyakit TBC bisa sembuh dengan minum obat secara rutin selama minimal selama enam bulan. Namun, tergantung jenisnya, pengobatan TBC juga dapat berlangsung lebih lama.
“Pasien TBC tidak perlu cemas karena penyakitnya dapat disembuhkan. Masyarakat diharapkan dapat segera memeriksakan diri ke Puskesmas jika merasakan gejala TBC. Untuk diagnosa pengobatan diberikan secara gratis,” pungkasnya.