KINSHASA – Dalam foto profil di akun media sosialnya, Patient Kaloma, seorang peneliti medis yang berbasis di timur laut Republik Demokratik Kongo (RDK), tampak menatap tanaman yang dia apit dengan jari-jarinya. Bagi seorang pria yang biasanya enggan mengekspresikan diri, Kaloma menjadi begitu bersemangat ketika membahas tanaman yang sepertinya tak istimewa bagi orang lain.
“Setelah benih ditabur, kita harus beralih ke tahap pembibitan. Di sini kita hanya melempar benih di tanah yang sudah disiapkan, setelah itu kita akan memindahkannya ke ladang. Beberapa bulan kemudian, kita siap untuk panen.” Setelah perkenalan singkat, wawancara kami dengan Kaloma pun berlanjut dengan uraian satu demi satu tahap penanaman artemisia annua, atau apsintus manis. Ini merupakan elemen kunci dalam penyembuhan malaria, mimpi buruk yang menghantui banyak wilayah Afrika, terutama kampung halaman Kaloma. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, Afrika merupakan benua yang paling parah terdampak malaria, mengingat penyakit tersebut telah merenggut 384.000 jiwa pada 2020 di benua itu, termasuk hampir 14.000 jiwa di RDK.
Patient Kaloma, Peneliti dan kepala pusat budidaya artemisia di Provinsi Kivu Utara : Ini dia, ruang perkecambahan. Ini adalah tahap pertama dari budidaya artemisia. Anda harus menanam benih terlebih dahulu dan tahap ini dapat berlangsung selama satu hingga dua bulan jika tanah disesuaikan dengan kondisi yang tepat.
Setelah benih ditabur, kita harus beralih ke tahap persiapan pembibitan. Di sini kami hanya melempar benih ke tanah yang sudah disiapkan. Setelah itu, tanaman muda dipindahkan untuk ditanam di ladang, lalu kita bisa menunggu dua hingga tiga bulan untuk panen, jika tanahnya bagus terutama pada musim hujan.
Anda tahu RDK adalah negara tropis, di sini di Provinsi Kivu Utara, masyarakat kerap menjadi korban malaria. Dengan penelitian yang kami lakukan, kami menemukan bahwa artemisia adalah tanaman yang mampu mengobati malaria dan penyakit menular lainnya dengan lebih baik. Masyarakat China menunjukkan kepada kami sebuah model untuk ditiru.
Mereka sudah sejak lama menggunakan tanaman ini untuk mengekstrak artemisinin. Itu sebabnya jika Anda sakit dan Anda meminum artemisia selama tujuh hari, Anda bisa sembuh. Oleh karena itu, sebagai seorang peneliti Kongo, kami perlu mempopulerkan tanaman ini, dan juga mengikuti model yang sama dengan China, terlebih karena WHO saat ini sudah mencoret China dari daftar negara yang terserang malaria. Malaria sekarang sudah hilang di China. Mereka telah berhasil memerangi malaria berkat artemisia.
Seperti yang Anda lihat, di sana ada artemisia yang sudah ditumbuk. Di sini mereka ditumbuk, kemudian dikeringkan. Kami memasukkannya ke dalam paket, dan di setiap paket, kami memasukkan 40 gram artemisia, yang digunakan untuk mengobati malaria. Di sini kami memiliki timbangan yang membantu kami mengukur beratnya. Pasien harus meminum ini lima gram per hari dengan campuran satu liter air selama tujuh hari.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kinshasa. (XHTV)