WARTABUANA – Meski banyak mengalami kejadian aneh di lokasi syuting, namun tidak mengganggu prsoes produksi film horor berjudul “Tari Kematian”. Salah satunya, beberapa crew dibuat syok saat melihat kepala manusia tiba-tiba menggelinding dan lenyap di hadapan mereka.
Masih banyak peristiwa “unik” lain yang dialami crew dan para cast film yang akan tayang pada 6 Juli 2023 mendatang ini. Semua itu menjadi pengalaman menarik yang sulit dilupakan.
Sesuai kisahnya, lokasi syuting “Tari Kematian” ini sebuah pulau di kawasan Bangka Belitung, Pangkal Pinang.
Menurut Bram Ferino, penulis sekaligus sutradara film yang mengangkat kearifan lokaln ini, lokasi syuting berlokasi di sebuah pulau yang terkenal dengan kisah mistis asli dari daerah tersebut. Lokasinya di pesisir pantai yang sangat jauh dari dermaga. “Kami harus melewati hutan rimbun, menanjak perbukitan curam, serta pantai bebatuan tajam,” ungkap Bram.
Bram berkisah, banyak hal ganjil terjadi di lokasi syuting. Para crew dan pemain sering “diganggu”, seperti melihat kepala yang menggelinding dari atas bukit, kemudian pemeran hantu yang mendengar nyanyian persis saat syuting.
“Banyak sekali keganjilan lain, seperti kesamaan yang tidak disengaja dari nama lokasi, nama pemain, dan bahkan kisah Hantu yang berada dipulau itu sama persis dengan yang ada di film,” papar Bram Ferino.
“Tari Kematiann” menjadi film ketiga dari AFiCi Entertainment. Film sebelumnya, “Mimpi di Ujung Pati” tayang Oktober 2021, dan “Buyut” yang tayang pada Juni 2022.
Selaku produser, Afik Haryadi yang juga putra Asli Pangkal Pinang, memastikan film “Tari Kematian” yang lolos LSF untuk penonton usia 13 tahun ke atas ini disukai penonton.
“Ide dasarnya dan judulnya dari saya, lalu ditulis oleh Bram Ferino. Alur cerita ini dibuat dari ruang fiksi namun ada beberapa konflikdan kearifan lokal yang kita kembangkan,” jelas AfiK.
Afik memastikan penonton akan dibuat merinding dengan senandung yang terinspirasi dari Daek khas Bangka dan dipadu dengan lantunan sinden yang dikemas dengan bahasa Bangka belitung dan dikemas kekinian. “Liriknya merupakan mantra pemanggil Arwah Dewi Batari, sosok penari menyeramkan yang mengutuk siapapun yang melihatnya,” tegas Afik.
“Tari Kematian” berkisah tentang sosol Kinara (Clarice Cutie), seorang siswi kelas SMA yang bercita-cita menjadi penari terkenal seperti ibunya. Sementara ibunya, Diah (Lilis Suganda), mengalami gangguan delusional sejak kepergian suaminya.
Diah tidak mendukung keputusan Kinara untuk menjadi penari. Apalagi Kinara tidak pandai menari hingga sering dijadikan bahan olokan teman-temannya di sanggar tari sekolah.
Kejadian aneh dialami Kinara saat sedang study tour ke sebuah pulau. Ia mempelajari sebuah tari kuno yang terlarang karena mematikan. Kepulangannya dari pulau itu membuatnya jadi pandai menari.
Namun, hal itu justru membuat nyawa teman-teman dan orang yang dicintainya terancam.[]