WARTABUANA – Di tengah kemacetan di jalan yang rusak dan becek, seorang wanita bersepatu wedges hitam melangkah diantara genangan air. Sesaat kemudian dia melantunkan lagu kritikan dengan lirik yang lugas memaparkan kondisi jalan yang rusak dan berbahaya bagi warga di sekitarnya.
Wanita itu adalah Hj Nina Kurniasih alias Nina Hasyim, Kepala Desa Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat yang juga artis penyanyi dangdut kesohor. Lagu dangdut melayu “Parung Panjang Menangis” yang viral di youtube merupakan ciptaan Astrid, sahabat karibnya.
Suatu ketika, Atrid berkunjung ke kediaman Nina di Parung Panjang. Dalam perjalanan, Astrid melintasi jalan raya milik provinsi itu dalam kondisi macet dan didominasi dump truk membawa galian pasir hilir mudik. Kemacetan itu diperparah dengan debu yang berterbangan.
“Itu lagu diciptakan sama teman saya namanya Astrid. Gila Bunda, jalannya macet banget, parah, banyak truk lagi. Aku bilang bikinin lagu dong. Itu lagu sudah lama sebenarnya, sudah 1 tahun lalu,” papar Nina di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Menurut Nina, jalan raya Parung Panjang yang merupakan jalan provinsi setiap hari dipenuhi ribuan truk besar. Akibtanya jalan menjadi rusak, debu dimana-mana dan membuat warga mengalami sakit ispa.
“Lagu itu merupakan keluhan warga Parung Panjang, saya sebagai kepala desa menyampaikan apa yang menjadi keluhan. Itu kan jalur provinsi, seharunya tidak seperti itu,” kata Nina.
Sebagai kepala desa, Nina Hasyim sudah berupaya menempuh cara untuk membuat lingkungannya jadi baik. Dia pun menyampaikan keluhan kepada Pemerintah Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, bahkan sempat melakukan audiensi dengan DPR RI. Namun upaya-upaya itu belum juga membuahkan hasil.
Keprihatinan Nina juga dirasakan Caca Handika, musisi senior sekaligus sahabat Nina. Menurutnya, lagu itu bukan sekedar keluhan Nina sebagai pejabat negara, tetapi juga keluhan masyarakatnya.
“Bayangin aja jalan di sana seperti apa. Tadinya peruntukannya untuk masyarakat malah dipakai untuk jalan proyek galian pasir . Orang di sana saya yakin tidak bisa jemur baju di depan rumah, pasti kotor kena debu,” celoteh Caca yanag sudah duet dengan Nina sejak 1987.
Nina berkisah, warganya mengeluhkan kondisi tersebut melalui berbagai macam aksi, mulai dari unjuk rasa hingga memblokade jalan dari truk-truk pengangkut hasil tambang pasir.
Selama puluhan tahun lamanya, aktivitas pertambangan pasir berlangsung di kecamatan tersebut. Mobilitas kendaraan pengangkut hasil tambang yang melewati Kecamatan Rumpin, Gunung Sindur dan Parung Panjang dituding menjadi penyebab jalan rusak hingga polusi udara.
Nina berharap upaya tersebut bisa menarik perhatian masyarakat luas dan pemerintah sehingga menggerakkan mereka untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang terdampak. []