BEIJING, China akan terus berupaya membawa pulang lebih banyak artefak budayanya yang hilang di luar negeri, menurut Administrasi Warisan Budaya Nasional (National Cultural Heritage Administration/NCHA) China.
Wakil Direktur NCHA Guan Qiang mengatakan bahwa para pakar akan meneliti lebih lanjut asal-usul benda peninggalan budaya tersebut guna mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mendukung kembalinya benda-benda itu.
Kerja sama internasional yang lebih dalam dan fleksibel diperlukan serta penggunaan berbagai platform dan mekanisme akan didorong untuk memfasilitasi proses ini, ujar pejabat tersebut dalam sebuah konferensi pers di Beijing pada Rabu (25/9).
Guan juga menyoroti komitmen China terhadap kewajiban internasionalnya di bidang ini. China akan mendorong dialog antara negara asal artefak dengan negara yang saat ini memilikinya, ujar pejabat tersebut.
Sejak Perang Opium pada 1840-an, lebih dari 10 juta benda peninggalan budaya China telah berpindah tangan akibat perang dan perdagangan gelap, menurut Chinese Society of Cultural Relics, sebuah organisasi nirlaba di China.
Pemerintah China mulai berupaya mengumpulkan artefak-artefak ini sejak berdirinya Republik Rakyat China pada 1949.
Negara tersebut saat ini memiliki perjanjian antarpemerintah dengan 27 negara, antara lain Peru, Italia, Yunani, Turkiye, Amerika Serikat (AS), dan Australia, untuk memerangi pencurian, penjarahan, dan ekspor ilegal benda peninggalan budaya.
Berkat kerangka kerja ini, China berhasil mendapatkan kembali lebih dari 1.900 benda peninggalan budaya dalam 43 batch, kata Guan.
Tahun ini saja, negara itu berhasil mendapatkan kembali “Feng Xingshu Gui”, sebuah bejana ritual perunggu dari Dinasti Zhou Barat (1046-771 SM) yang dicuri, bersama dengan 38 karya seni kuno dari AS dan 14 artefak dari Argentina. [Xinhua]