WARTABUANA – Berkat kejeliannya melihat sebuah peluang, kini para nelayan di Kecamatan Mundu, Cirebon, Jawa Barat dapat meningkatkan nilai jual Kepiting Rajungan. Dialah Kang Sangwar, alias Awang yang memasyarakatkan proses pengupasan Kepiting Rajungan hingga hasilnya diterima pabrik pengolahan hasil laut.
Dahsyatnya pikiran positif. Itulah yang selalu diingat Awang. Pikiran positif itu menjadi energi kendali usahanya. “Dalam berbisnis adalah wajar bila motifnya untung. Tapi bagi saya keuntungan itu tidak selalu materi,” tukas Awang, ketika beramah-tamah dengan sejumlah wartawan, usai menerima penghargaan dari Kementerian Pemuda Dan Olahraga Republik Indonesia, di Jakarta, belum lama ini.
Pria asal Dusun 1 Desa Warduwur RT.002/01 Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ini, terpilih sebagai Juara 1 Lomba Wirausaha Muda Pemula Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2015, Kategori Perikanan dan Kelautan, yang diselenggarakan Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora.
“Penghargaan ini bukan hanya untuk saya. Tapi penghargaan bagi semua yang ikut berporses di dalamnya. Terutama para nelayan yang selama ini telah bekerja keras untuk keluarga dalam rangka mempertahankan hidup,” ujar pemuda, yang memiliki motto hidup; ‘Sebaik-baik manusia adalah berguna buat orang lain.’
Wirausaha muda yang bergerak di bisnis pengupasan rajungan dan kepiting asal Cirebon ini, dinilai berhasil mengembangkan usaha yang dapat menampung ratusan tenaga kerja. Tidak hanya itu, Awang juga dinilai berhasil mengembangkan empati dan menyadari peranan individualnya di tengah lingkungan sosial yang sebagian besar adalah nelayan miskin.
Berawal dari rasa keprihatinan kehidupan para nelayan, di mana hasil tangkapan mereka sebatas bisa dijual di pinggir jalan sepanjang jalur pantura Cirebon. Awang kemudian mencoba membantu para nelayan dengan menampung hasil tangkapannya, berupa Kepiting Rajungan.
“Berbeda dengan kepiting biasa, Rajungan hanya bertahan hidup di darat kurang lebih 1 jam. Sesudah itu mati dan basi. Makanya saya dorong untuk dikelola. Kepiting Rajungan ini kemudian dikupas diambil dagingnya dan dipasarkan ke pabrik-pabrik dalam skala besar, supaya punya nilai tambah,” ujar Ketua Komunitas Usaha Cirebon Entrepreneur ini.
Berkat usahanya, Kepiting Rajungan Cirebon, kini tidak hanya dipasarkan di kota berjuluk kota Wali ini. “Selain di Cirebon, daging Rajungan yang dihasilkan dijual juga ke pabrik-pabrik di daerah Pemalang dan Surabaya, kemudian di ekspor ke luar negeri,” terang Awang.
Dalam menjalankan usaha pengupasan Kepiting Rajungan ini, Awang dibantu sekitar 29 karyawannya, di samping juga melibatkan masyarakat sekitar, termasuk para kaum ibu. Aset yang dimiliki, selain lahan operasional, Awang juga memiliki tiga perahu (dengan nilai aset lebih dari 80 juta rupiah) yang dikelola sembilan nelayan binaannya.
“Omset kami rata-rata mencapai 4-5 juta rupiah per-hari. Prinsipnya kami memberdayakan masyarakat sekitar, terutama kaum ibu. Sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Membantu suami mereka yang sebagian besar adalah nelayan,” kata Awang.
Menariknya, Awang tidak hanya berpikir bisnis semata. Menurut Awang, anak-anak yang ditinggal ibunya bekerja rentan terbengkalai dan kurang perhatian, termasuk menyangkut pendidikan. Oleh sebab itu Awang mendirikan sekolah non-formal tingkat di tingkat PAUD dan TK. Semua fasilitas gratis, tanpa dipungut biaya sepeser pun.
“Saya juga sedang merintis lembaga pendidikan dan pelatihan bagi nelayan agar kemampuan mereka berkembang dan taraf ekonominya meningkat. Dari keuntungan selama ini, 10% saya sisihkan untuk mengembangkan sekolah dan lembaga pelatihan ini,” ujar pria kelahiran Cirebon, 13Agustus 1986 ini.
Awang berharap peran aktif pemerintah untuk terus mendorong para wirausaha-wirausaha muda seperti dirinya. Melalui upaya ini diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, yang berimbas pada penurunan angka pengangguran dan bertambahnya ketahanan ekonomi secara nasional.
Hadiah uang tunai 50 juta rupiah dari Kemenpora, kata Awang, digunakan membeli perahu. “Dengan menambah jumlah perahu, maka hasil tangkapan Rajungan bisa lebih besar. Mudah-mudahan hal ini dapat mewujudkan impian saya menjadi eksportir daging Rajungan sendiri. Bukan sekedar menjadi supplier seperti saat ini,” harapnya.[]