WARTABUANA – Faktor kunci apa saja yang mendukung kampanye antikemiskinan di China? New China Research, wadah pemikir Kantor Berita Xinhua, pada Minggu (28/2) merilis sebuah makalah penelitian untuk mengungkap hal pokok di balik upaya antikemiskinan di China, dan menjelaskan pelaksanaan lima “faktor kunci” berikut:
PEMERINTAHAN YANG CAKAP: TANGAN YANG GELISAH ATAU TANGAN YANG MEMBERDAYAKAN?
Bagaimana China mampu menciptakan interaksi efektif antara pemerintah dan warganya dalam menghapus kemiskinan absolut? Kunci keberhasilan China terletak pada interaksi dan koordinasi efektif antara kepemimpinan pemerintah yang berdasarkan pendekatan atas ke bawah (top-down) dengan inovasi akar rumput yang berdasarkan pendekatan bawah ke atas (bottom-up).
Empat bidang perbaikan dibutuhkan untuk mendorong upaya antikemiskinan di negara tersebut, yaitu kepemimpinan, inovasi, mobilisasi, dan implementasi.
Selain itu, pengawasan berlapis, upaya antikorupsi, perbaikan gaya memerintah para pejabat serta partisipasi publik, seluruhnya berkontribusi terhadap upaya China mencapai tujuan membangun masyarakat makmur yang serba mampu (all-round well-off society) tanpa meninggalkan siapa pun.
PASAR PRO KAUM MISKIN: DISTORSI ATAU REINVENSI?
Pembangunan pasar pro kaum miskin menjadi inovasi utama dalam praktik pengentasan kemiskinan di China.
China telah memainkan peran utama dalam menempatkan ekonomi kepemilikan publik yang dominan di atas ekonomi kepemilikan nonpublik, dan memobilisasi berbagai entitas ekonomi. Sembari mendorong aliran sumber daya ke area-area dengan konten teknologi yang canggih dan efisiensi input-output yang tinggi, China terus mencatatkan kemajuan tanpa menghambat pembangunan di kawasan miskin, lapangan pekerjaan, serta kewiraswastaan kaum miskin.
Dalam proses ini, China telah mengatasi sejumlah kelemahan di bidang infrastruktur dan layanan masyarakat di kawasan miskin, dan mengoptimalisasi alokasi tenaga kerja dan alat produksi guna melepaskan potensi produktivitas. Negara itu telah membimbing, mengorganisasi, dan mendukung sejumlah perusahaan dan pengusaha terkemuka untuk menciptakan berbagai bentuk koneksi dengan rumah tangga miskin demi membangun pasar yang inklusif bagi kepentingan kaum miskin.
MASYARAKAT YANG PEDULI: SEBUAH MAYORITAS DIAM?
Keterlibatan masyarakat luas adalah hal yang esensial bagi keberhasilan upaya pengentasan kemiskinan. Sejumlah pemain sangat diperlukan dalam penyediaan barang publik untuk pengentasan kemiskinan.
Pengentasan kemiskinan di China didasarkan pada konsensus publik untuk menghapus pembangunan yang tidak seimbang dan memadai, serta memperbaiki derajat keseimbangan sosial. Dipandu oleh nilai “memberikan kesempatan kepada semua orang untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat,” upaya itu bertujuan untuk menggugah mayoritas diam (silent majority) agar berpartisipasi dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Mulai dari inisiatif Proyek Harapan dan Proyek untuk Ibu Miskin pada tahun-tahun awal hingga program “10.000 Perusahaan Membantu 10.000 Desa”, yang diluncurkan pada Oktober 2015 lalu, serta aksi amal dan pengentasan kemiskinan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tak terhitung jumlahnya, semua hal itu merefleksikan besarnya kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat yang peduli.

“NAKHODA” YANG SETIA: HAL MUBAZIR ATAU DIPERLUKAN?
Bagaimana sebuah negara dapat secara efektif memahami kebutuhan nyata kaum miskin? Bagaimana sebuah negara dapat secara efektif memotivasi setiap individu yang miskin agar mampu melakukan hal yang tepat? Cara apa saja yang dapat digunakan untuk menyalurkan sumber daya secara akurat demi mengakhiri kondisi serba kurang? Di tengah transformasi sosial, banyak desa miskin di seluruh China telah dilanda “brain drain” yang mempersulit upaya pengentasan kemiskinan. Inilah kenapa penanggung jawab pengentasan kemiskinan yang berbasis di desa berperan sangat penting dalam upaya memerangi kemiskinan.
Tidak seperti banyak negara yang sangat bergantung pada organisasi LSM dan bantuan internasional untuk menolong kaum miskin, China mengandalkan para perangkat administratifnya di berbagai tingkatan untuk memerangi kemiskinan.
Sejak 2012, total 255.000 tim telah dikerahkan untuk memberikan dukungan langsung di lapangan dan lebih dari 3 juta orang telah diterjunkan ke kawasan pedesaan sebagai pengawas khusus untuk upaya pengentasan kemiskinan, bekerja sama di garis depan dengan hampir 2 juta kader di tingkat kota kecil dan jutaan kader di tingkat desa.
Para perangkat ini bertugas sebagai penghubung antara “pemerintahan nasional” dan “pemerintahan mandiri di kawasan pedesaan.” Para “nakhoda” ini memanfaatkan sejumlah kebijakan dan sumber daya yang ada untuk membangun “perahu” guna “mengangkut” komunitas dan individu miskin menuju kemakmuran bersama.
“NELAYAN” MANDIRI: MEMBERIKAN IKAN ATAU MENGAJARI MENANGKAP IKAN?
Demi meraih pengentasan kemiskinan yang efektif dan berkelanjutan, kuncinya adalah “berinvestasi pada manusia.” Kaum miskin tidak hanya menjadi pihak penerima manfaat pengentasan kemiskinan, tetapi juga berperan sebagai agen penghapus kemiskinan dan peraih kemakmuran. Melihat kembali upaya China dalam memerangi kemiskinan absolut, kuncinya adalah mengenali “dualitas” subjek dan objek kaum miskin, serta memanfaatkan kekuatan eksternal untuk merangsang motivasi intrinsik.
Untuk membantu kaum miskin memasuki pasar, pemerintah China telah mengadopsi pendekatan yang komprehensif dengan melibatkan pendidikan dan pelatihan, peluang lapangan pekerjaan, insentif, dan inovasi organisasi untuk menyejahterakan kaum miskin secara kontinu guna memanfaatkan potensi pengembangan diri mereka sepenuhnya, dan membantu mereka menjadi “nelayan” yang mandiri.
Para nelayan ini dapat berasal dari kalangan pengusaha, pekerja migran, pemegang saham koperasi petani, penyedia layanan masyarakat, atau “penjaga” lingkungan ekologis. [Xinhua]