WARTABUANA – Meskipun kondisi nasional, sistem politik, serta tradisi dan nilai budaya China memiliki elemen uniknya sendiri, pengalaman China dalam memberantas kemiskinan juga memiliki signifikansi global.
Sebuah laporan yang dirilis pada Minggu (28/2) oleh New China Research, wadah pemikir Kantor Berita Xinhua, merangkum apa yang dapat dipelajari dunia dari upaya pengentasan kemiskinan di China dengan istilah “5D”, yakni Determined Leadership (Kepemimpinan yang Teguh), Detailed Blueprint (Cetak Biru Terperinci), Development Oriented (Berorientasi pada Pembangunan), Data-based Governance (Tata Kelola Berbasis Data), dan Decentralized Delivery (Implementasi Terdesentralisasi).
KEPEMIMPINAN YANG TEGUH
Teori ekonomi politik menunjukkan bahwa ketika sebuah tugas tertentu menjadi prioritas utama pemimpin tertinggi suatu negara dan dikerjakan secara terus-menerus (semangat yang menyerupai proses pemasangan paku dengan terus memukulkan palu hingga paku terpasang), kemauan nasional yang kuat pun akan tercipta dan mendorong alokasi sumber daya, menurut laporan berjudul “Studi Pengentasan Kemiskinan China: Sebuah Perspektif Ekonomi Politik.”
Tujuan yang hendak dicapai sangat mulia karena berpusat pada rakyat dan menyasar sejumlah isu ketidaksetaraan sosial dan efisiensi untuk kesejahteraan negara dan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan lebih dari 90 juta anggota, Partai Komunis China (CPC) adalah partai politik terbesar di dunia. “Tidak ada keraguan bahwa pengentasan kemiskinan adalah manifestasi nyata dari kepemimpinan CPC,” sebut laporan itu.
CETAK BIRU TERPERINCI
China sangat ahli dalam perencanaan strategis, dan juga fokus pada tujuan jangka menengah dan jangka pendek, seperti tujuan strategis “Dua abad”, “Rencana Lima Tahun”, dan Konferensi Kerja Ekonomi Pusat tahunan.
Desain cetak biru, yang dibuat berdasarkan studi mendalam dan pemahaman tentang sejumlah isu dan tren domestik serta internasional, membantu semua sektor di masyarakat membentuk ekspektasi yang stabil tentang masa depan, kata laporan tersebut.
Dengan tujuan bersama untuk memberantas kemiskinan absolut, beberapa generasi pemimpin China telah memimpin negara tersebut dalam perjuangan yang tak pernah putus, yang memastikan kelanjutan kebijakan dan mendorong seluruh negeri untuk bekerja sama demi menggapai satu tujuan, menurut laporan itu.
BERORIENTASI PADA PEMBANGUNAN
Mengubah pertumbuhan ekonomi menjadi pengentasan kemiskinan jelas merupakan hal yang rumit. Hal lain yang bahkan lebih rumit adalah mengubah pertumbuhan ekonomi menjadi kebijakan yang dibagikan secara lebih luas atau secara efektif menyasar masyarakat miskin.
China menggabungkan pembangunan ekonomi dengan pengurangan kemiskinan yang tepat dan proaktif, secara efektif mengimbangi menurunnya efek trickle-down dari pertumbuhan ekonomi.
Dalam beberapa tahun terakhir, China mengadopsi strategi untuk mengubah ekonominya dari sesuatu yang ditentukan oleh pertumbuhan berkecepatan tinggi menjadi ekonomi yang berpusat pada pembangunan berkualitas tinggi. “Transformasi ekonomi ini tidak diragukan lagi akan memiliki dampak luar biasa terhadap masa depan pengentasan kemiskinan di China,” sebut laporan itu.
TATA KELOLA BERBASIS DATA
Pengentasan kemiskinan yang tepat membutuhkan data yang tepat. Dalam perang melawan kemiskinan, pemerintah China memberikan perhatian yang besar terhadap pengembangan mahadata (big data) dan ekonomi digital serta menekankan penerapan manajemen digital canggih, yang memungkinkan keberhasilan pengentasan kemiskinan China dalam waktu relatif singkat.
Sistem data pengentasan kemiskinan nasional China, yang dibentuk pada 2014, mencakup informasi mengenai 128.000 desa miskin, 29,48 juta rumah tangga miskin, dan 89,62 juta orang miskin, dan sejak itu telah disesuaikan secara dinamis.
IMPLEMENTASI TERDESENTRALISASI
Pengentasan kemiskinan, terutama “bagian terakhir” dari pemberantasan kemiskinan absolut, tidak dapat dicapai tanpa eksekusi yang tepat.
Implementasi yang efektif dari kebijakan pengentasan kemiskinan China juga terwujud berkat struktur pemerintahan negara yang “terdesentralisasi”, yang meliputi banyak improvisasi di tingkat subnasional untuk mengimplementasikan kebijakan nasional, demikian menurut laporan itu. [Xinhua]