JENEWA – Hubungan kausal antara vaksin COVID-19 AstraZeneca dan kasus pembekuan darah dengan trombosit rendah yang tergolong langka “dianggap masuk akal namun belum bisa dipastikan,” kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (7/4).
Sebelumnya pada hari yang sama, Badan Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA) mengonfirmasi bahwa kasus pembekuan darah dengan trombosit darah rendah memiliki kaitan dengan pemberian vaksin AstraZeneca COVID-19, namun tetap harus dicatat sebagai efek samping yang sangat jarang terjadi.
Dalam pernyataan sementara, Komite Penasihat Global untuk Keamanan Vaksin (Global Advisory Committee on Vaccine Safety/GACVS) di WHO mengatakan hal yang sedang dikaji ini sangat jarang terjadi, dengan jumlah laporan kasus yang rendah di antara hampir 200 juta orang yang telah menerima vaksin AstraZeneca di seluruh dunia.
Kendati demikian, beberapa studi khusus diperlukan untuk sepenuhnya memahami hubungan yang kemungkinan ada di antara keduanya. Pihak GACVS mengatakan akan terus mengumpulkan dan meninjau data lanjutan.
Lebih lanjut, GACVS menambahkan bahwa efek merugikan yang jarang terjadi pascaimunisasi harus dinilai dengan mempertimbangkan risiko kematian akibat COVID-19 dan potensi vaksin tersebut untuk mencegah infeksi serta mengurangi tingkat kematian. Hingga Rabu, data WHO mencatat sedikitnya 2,6 juta orang telah meninggal akibat COVID-19 di seluruh dunia.
Beberapa negara Eropa telah menangguhkan atau menghentikan peluncuran vaksin AstraZeneca akibat risiko yang dilaporkan. Pada Rabu, WHO menyebutkan bahwa efek samping yang sebagian besar bersifat ringan dan lokal “perlu diantisipasi” dan “lazim” terjadi dalam dua atau tiga hari pascavaksinasi.
WHO juga menyarankan agar individu yang mengalami gejala parah, seperti sesak napas, nyeri dada, kaki bengkak, sakit perut berkepanjangan, gejala neurologis seperti sakit kepala parah dan berkepanjangan atau penglihatan yang menjadi kabur, bercak darah kecil di bawah kulit selain pada titik penyuntikan, mulai dari sekitar empat hingga 20 hari pascavaksinasi untuk segera menjalani pemeriksaan medis.
“Dalam kampanye vaksinasi yang ekstensif, normal jika sejumlah negara mengidentifikasi potensi efek samping setelah imunisasi,” kata GACVS. “Ini tidak selalu berarti bahwa efek samping tersebut berkaitan dengan vaksinasi itu sendiri, tetapi hal itu harus diselidiki guna memastikan semua masalah keamanan ditangani dengan cepat.
“Vaksin, seperti semua jenis obat, dapat memiliki efek samping. Pemberian vaksin didasarkan pada analisis risiko dan manfaat,” imbuh GACVS. [Xinhua]