Oleh Martina Fuchs
JENEWA – Selama berabad-abad, Swiss termasyhur di dunia karena keju, cokelat, dan jam tangannya. Namun, perkembangan terbaru di dunia teknologi ditambah dengan perubahan permintaan konsumen tampaknya memaksa para produsen jam tangan mewah di negara pegunungan Alpen tersebut untuk mencipta ulang dan berinovasi jika mereka ingin tetap menduduki puncak pasar.
Pada pameran dagang industri jam tangan dan perhiasan internasional “Watches and Wonders” yang berlangsung secara digital pada 7-13 April lalu di Jenewa, 38 produsen jam tangan terkemuka di dunia menampilkan desain terbaru dan terbaik mereka. Di antaranya adalah Rolex, TAG Heuer, Cartier, dan Patek Philippe.
IWC Schaffhausen, pemimpin dalam industri pembuatan arloji mewah sekaligus anak perusahaan Richemont Group, turut hadir di ajang tersebut. Perusahaan yang didirikan pada 1868 itu baru saja meluncurkan koleksi jam tangan pilot baru yang sangat tahan guncangan dan dirancang untuk kondisi yang paling ekstrem.
“Jam tangan Big Pilot Shock Absorber XPL baru kami adalah arloji canggih pertama dari departemen penelitian eksperimental kami,” jelas CEO IWC Christoph Grainger-Herr kepada Xinhua dalam sebuah wawancara. “Ini membawa perekayasaan jam tangan ke level berikutnya.”
ANALOG VERSUS DIGITAL
Terlepas dari tren teknologi terkini dan dominasi solusi digital, yang ingin diikuti oleh para pakar pembuat jam tangan Swiss, jam tangan analog klasik akan tetap menjadi pilihan populer, kata Grainger-Herr.
Ini benar adanya, bahkan jika pandemi COVID-19 melambungkan bisnis jam tangan ke era teknologi baru dengan pertumbuhan kuat e-commerce, kemunculan butik-butik virtual, dan begitu banyak acara daring.
“Kami baru saja meluncurkan aplikasi IWC yang dilengkapi dengan fungsi ‘mencoba’ secara realitas berimbuh (augmented reality/AR) yang memungkinkan semua konten produk baru dikirim ke ponsel pintar pelanggan kami,” jelasnya. Pelanggan dapat mengarahkan kamera ke pergelangan tangan mereka dan secara virtual “mencoba” arloji tersebut.
“Saya pikir langkah-langkah ini membuktikan bahwa sebuah industri yang pada dasarnya mekanis dan tradisional serta merek seperti IWC masih sangat terberdayakan dan dimampukan oleh semua yang kita lihat di ruang digital saat ini,” tambahnya.
Pembuat arloji asal Luksemburg, Jean-Claude Biver, adalah legenda hidup dan ikon avantgarde dalam bisnis jam tangan global.
Selama bertahun-tahun, Biver menjabat presiden Divisi Jam Tangan LVMH dan bertanggung jawab atas beragam merek seperti TAG Heuer, Zenith, dan Hublot, serta turut membantu Blancpain dan Omega untuk mencapai jenjang baru.
Biver pensiun pada 2018 setelah berkarier selama 43 tahun, namun dia tidak meninggalkan industri ini. Baru-baru ini Biver menggelar lelang bersejarah pertama Non Fungible Token (NFT) untuk arloji mewah bersama perusahaan keamanan siber Swiss, WISeKey. NFT adalah sertifikat berbasis blockchain yang memvalidasi bahwa seseorang memiliki karya seni digital.
PELUANG KESUKSESAN BARU
Industri pembuatan jam tangan Swiss bermula pada pertengahan abad ke-16 dan Reformasi di Jenewa.
Industri ini berkembang selama abad ke-19, dan setelah krisis pada 1970-an dan 1980-an, sektor ini menemukan peluang kesuksesan baru yang menjadikannya salah satu industri berharga dalam perekonomian Swiss saat ini.
Saat ini, sekitar 700 perusahaan pembuat jam beroperasi di Swiss. Sebagian besar berbasis di Jenewa dan “Watch Valley” di Jura Arc, dan semua merasakan tekanan akibat pandemi COVID-19.
Menurut Federasi Industri Jam Tangan Swiss, karantina wilayah (lockdown), penutupan toko, dan pembatasan pariwisata internasional telah memberikan pukulan keras pada ekspor para pembuat jam itu.
Tahun lalu, total nilai arloji buatan Swiss yang dijual di luar negeri anjlok menjadi 17 miliar franc Swiss (1 franc Swiss = Rp15.802), dibandingkan tahun sebelumnya yang membukukan 21,7 miliar franc Swiss, penurunan tajam 21,8 persen.
PENGECUALIAN LANGKA
Pengecualian langka adalah pasar China, yang tahun lalu menyedot arloji buatan Swiss senilai 2,4 miliar franc Swiss, 20 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
“China berada jauh di depan kami, setidaknya di domain digital dan daring,” kata Biver.
Sementara itu, IWC juga antusias memanfaatkan keuntungannya di pasar China. Belum lama ini Grainger-Herr mengumumkan rencana perusahaannya untuk membuka butik unggulan pertama dan terbesarnya di dunia di Shanghai pada tahun ini.
“Kami belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya,” kata Grainger-Herr. “Ini akan menjadi momen penting bagi kami sebagai merek pada tahun ini. Tentu saja, kami sangat antusias dengan peluang di China ke depannya.” [Xinhua]