JAKARTA, Pemandangan tidak biasa terlihat di tengah kawasan elite Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta pada Sabtu (24/2). Sejak pagi, tabuhan musik, tarian Barongsai dan atraksi puluhan Tatung meramaikan daerah yang dikelilingi gedung-gedung pencakar langit itu untuk merayakan Cap Go Meh, hari terakhir dari perayaan Tahun Baru Imlek.
Salah satu acara yang paling dinantikan saat Cap Go Meh adalah Tatung, sebuah atraksi kekebalan tubuh yang merupakan simbol untuk mengusir roh jahat dan nasib sial. Atraksi ini biasanya dipertunjukkan dalam perayaan Cap Go Meh di kalangan masyarakat keturunan Tionghoa di Kalimantan Barat.
Ratusan personel Tatung, termasuk para penabuh musik, dari lima wihara di Jakarta hadir dalam perayaan Cap Go Meh di SCBD Jakarta. Para Tatung mengenakan pakaian yang berbeda-beda. Ada yang memakai kostum layaknya panglima perang kerajaan China zaman dulu lengkap dengan jubahnya, dan ada yang mengenakan pakaian adat suku Dayak, salah satu suku terbesar di Kalimantan Barat.
Seorang Tatung sedang melakukan ritual pemanggilan roh leluhur sebelum melakukan atraksi dalam pawai Cap Go Meh di Jakarta pada Sabtu (24/2). (Xinhua)
Para Tatung menyuguhkan atraksi yang beragam. Mulai dari menancapkan besi tajam di pipi kanan hingga menembus ke pipi kiri, menusuk badan dengan pedang, hingga pertunjukan berdiri di atas senjata tajam. Namun, mereka tidak terluka karena raga para Tatung dipercaya telah dirasuki roh dewa atau leluhur. Beberapa Tatung juga terlihat tak sadarkan diri di tengah pertunjukan itu karena kerasukan roh leluhur.
Aksi ekstrem para Tatung menarik perhatian masyarakat yang memadati lintasan pawai Cap Go Meh di ruas jalan kawasan SCBD sepanjang sekitar 400 meter. Indra, salah satu pengunjung, mengaku telah lama ingin menyaksikan atraksi Tatung setelah terakhir kali dia melihatnya beberapa tahun lalu.
Indra memang rutin berburu berbagai pertunjukan hiburan pada setiap perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh, sekaligus mengisi liburan akhir pekan. Tujuan utamanya kali ini adalah menyaksikan atraksi Tatung. Indra pun rela datang sejak pagi saat para Tatung masih melakukan proses ritual memanggil roh leluhur.
“Saya sengaja ke SCBD sejak sekitar jam 9 pagi untuk menyaksikan Cap Go Meh, karena acara semacam ini hanya digelar setahun sekali dan itu pun belum tentu setiap tahun ada di Jakarta,” ujarnya.
Selain Tatung, sekitar 100 personel penari Naga Liong dan Barongsai juga hadir dalam pawai yang sebagian besar merupakan para remaja dari beberapa perguruan. Sebanyak delapan Naga Liong yang tampil dalam beragam warna tampak meliuk-liuk seakan sedang terbang.
Pertunjukan tarian Naga Liong dalam pawai Cap Go Meh terlihat di Kawasan SCBD Jakarta pada Sabtu (24/2). (Xinhua)
Tiga barongsai berwarna merah dan kuning juga tidak kalah menarik perhatian masyarakat. Para singa sesekali berinteraksi dengan menerima angpau saweran dari penonton, termasuk dengan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, yang hadir untuk memantau jalannya pawai Cap Go Meh tersebut.
Menurut Heru, perayaan Cap Go Meh ini menunjukkan toleransi terhadap keberagaman budaya yang ada di Jakarta. Dia berharap kegiatan serupa dapat lebih rutin digelar di kawasan SCBD.
Sementara itu, Salmon Napolin, Direktur PT Creative Event Entertainment, penyelenggara acara tersebut, mengatakan perayaan Cap Go Meh ini membuktikan bahwa kawasan SCBD yang selama ini dikenal sebagai pusat bisnis di Jakarta juga menaruh perhatian terhadap pelestarian kebudayaan.
“Pesan kami bahwa pesta budaya rakyat yang kami sajikan hari ini bisa dikenal lebih luas bahkan mungkin dipromosikan ke luar negeri sebagai bukti bahwa Indonesia memiliki banyak kebudayaan,” ujar Salmon.
Selain hiburan khas masyarakat Tionghoa, perayaan Cap Go Meh di kawasan SCBD Jakarta juga diramaikan dengan penampilan seni daerah lainnya seperti Angklung, Gambang Kromong, hingga gondang Batak. [Xinhua]