CANBERRA – Sejumlah universitas di Australia Selatan mengajukan permohonan kepada pemerintah federal Australia untuk mengizinkan pelajar internasional kembali ke negara tersebut.
Menurut data yang dirilis pada Senin (24/5), pendaftaran mahasiswa internasional di universitas Australia Selatan turun 33 persen di tengah pandemi virus corona, mengakibatkan lumpuhnya anggaran mereka.
Sebastian Raneskold, Wakil Presiden sekaligus Wakil Rektor (Internasional) Universitas Flinders, mengatakan bahwa penurunan tersebut “sangat mengkhawatirkan” bagi universitas-universitas dan ekonomi Australia Selatan yang lebih luas. Pihaknya menyerukan “aktivasi mendesak” rencana kedatangan pelajar internasional.
“Ini dapat mencakup fasilitas karantina khusus bagi pelajar internasional guna memastikan kembalinya mereka tidak memengaruhi upaya repatriasi secara umum,” katanya kepada News Corp Australia.
Sebelum pandemi virus korona, pelajar internasional menyumbang 2 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp11.112) per tahun terhadap perekonomian Australia Selatan.
Pendaftaran mahasiswa internasional dari China, pasar pendidikan internasional terbesar bagi negara bagian itu, tercatat turun 20 persen. Sementara dari India, pasar pendidikan internasional terbesar kedua, tercatat turun 35 persen sejak awal merebaknya pandemi, menurut News Corp Australia.
Proyeksi yang termasuk dalam anggaran federal untuk tahun anggaran 2021-2022 menunjukkan bahwa pemerintah federal tidak merencanakan pembukaan kembali perbatasan internasional Australia hingga pertengahan 2022 mendatang.
Jacqueline Lo, Wakil Rektor (Internasional) Universitas Adelaide, mengatakan bahwa kabar itu “mengecewakan dan sangat mengkhawatirkan” bagi institusi tersebut.
Menteri Pendidikan Australia Alan Tudge pada Januari lalu mengatakan bahwa pemerintah terbuka pada “semua opsi” perihal kembalinya pelajar internasional, menyerukan pemerintah negara bagian dan wilayah untuk mengajukan proposal kepada pemerintah federal. [Xinhua]