WARTABUANA – Tingkat kepuasan mahasiswa Australia terhadap universitas mereka merosot selama pandemi virus corona, ungkap sebuah laporan.
Pusat Penelitian Sosial di Universitas Nasional Australia (Australian National University/ANU) pada Kamis (18/3) malam memublikasikan Survei Pengalaman Mahasiswa 2020 yang penyelenggaraannya ditugaskan oleh pemerintah federal. Sebanyak 250.000 mahasiswa dari 41 universitas disurvei terkait pengalaman belajar mereka.
Survei ini menemukan bahwa secara keseluruhan, kepuasan mahasiswa merosot dari 78 persen pada 2019 menjadi 69 persen pada 2020, setelah universitas terpaksa beralih ke pembelajaran daring (online).
Berbagai institusi di Melbourne, yang menerapkan lockdown virus corona ketat antara Juli dan Oktober tahun lalu, terdampak paling parah.
Universitas Melbourne, universitas terbaik di Australia menurut badan pemeringkat global Times Higher Education (THE), menduduki posisi buncit terkait tingkat kepuasan mahasiswa dengan hanya 52 persen yang mengatakan pengalaman mereka positif, dibandingkan 77 persen pada 2019.
Di Universitas Monash, universitas terbaik kedua di Melbourne sekaligus terbaik ke-64 di dunia menurut THE, tingkat kepuasan mahasiswa anjlok dari 78 persen menjadi 60 persen.
Menteri Pendidikan dan Pemuda Australia Alan Tudge mengatakan bahwa universitas harus berupaya keras memperbaiki pengalaman mahasiswa.
“Beberapa universitas kami kehilangan fokus dan sudah waktunya untuk kembali ke bisnis inti,” tutur Tudge dalam sebuah pernyataan.
“Meskipun hasil (survei) ini bukan hal yang mengagetkan, universitas harus memastikan bahwa saat pembelajaran kembali dibuka pada 2021, mereka fokus untuk memberikan pendidikan dan pengalaman belajar terbaik bagi mahasiswa setempat.”
Presiden Serikat Pendidikan Tersier Nasional (National Tertiary Education Union/NTEU) Alison Barnes mengatakan bahwa tenaga pendidik berada di bawah tekanan besar pada 2020 karena universitas terpaksa melakukan pengurangan staf setelah tidak disetujui untuk mendapatkan akses skema subsidi upah JobKeeper dari pemerintah.
“Untuk mengajar secara online, Anda perlu menginvestasikan sumber daya yang signifikan,” ucapnya.
“Kami mengalami masalah ketika staf dipangkas, intensitas kerja meningkat, dan pemerintah benar-benar gagal memberikan segala jenis paket penyelamat atau penunjang bagi sektor ini.” [Xinhua]