Sejumlah pelanggan melihat-lihat berbagai produk tenaga surya di sebuah toko di Yangon, Myanmar, pada 4 Oktober 2024. (Xinhua/Myo Kyaw Soe)
Pengadopsian energi surya di Myanmar kian meningkat lantaran kenaikan harga minyak dan biaya listrik, serta aksesibilitas pasar yang lebih besar untuk produk-produk tenaga surya.
YANGON, 6 Oktober (Xinhua) — Pengadopsian energi surya di Myanmar kian meningkat lantaran kenaikan harga minyak dan biaya listrik, kata Thi Thi Soe, deputi manajer umum Sandisolar, sebuah perusahaan energi baru asal China yang berbasis di Myanmar, kepada Xinhua pada Jumat (4/10).
Selain itu, produk tenaga surya dan barang-barang terkaitnya semakin mudah diakses di pasar, membuatnya menjadi pilihan yang menarik, ujar Thi Thi Soe.
Alasan memilih energi surya adalah pasokan listrik yang tidak stabil dan tagihan listrik yang terus meningkat, ujar Thida Tun dan Chaik Sai, yang memilih energi surya dengan alasan keandalan dan keberlanjutannya.
Thida Tun (66) menegaskan, “Saya ingin mendorong masyarakat agar memanfaatkan cahaya alami melalui tenaga surya. Alih-alih bergantung pada listrik, kita bisa memanfaatkan cahaya matahari yang secara alamiah ada dan berlimpah.”
Chaik Sai (46) menyatakan preferensinya pada panel surya buatan China karena popularitasnya di Myanmar. Panel-panel ini dapat memberikan daya dan cahaya yang stabil, yang membantu mencegah situasi nyala-padam yang sering terjadi dan dapat merusak perabot bertenaga listrik.
“Dengan beralih ke energi surya, saya berharap dapat menciptakan sumber energi yang lebih andal dan berkelanjutan untuk rumah saya,” imbuh Chaik Sai.
Foto yang diabadikan pada 4 Oktober 2024 ini menunjukkan panel surya di atap-atap rumah di Yangon, Myanmar. (Xinhua/Myo Kyaw Soe)
Pasar tenaga surya di Myanmar sebagian besar didominasi oleh perusahaan-perusahaan China, termasuk Sandisolar. Pada 2022, Sandisolar menuntaskan 36 proyek tenaga surya, dan jumlah tersebut meningkat menjadi 115 pada 2023, dengan lebih dari 200 proyek direncanakan untuk 2024, kata Thi Thi Soe.
Pertumbuhan ini menyoroti peningkatan penggunaan energi surya di negara Asia Tenggara itu, imbuhnya.
Instalasi tenaga surya telah tumbuh setiap tahunnya. Instalasi tersebut lebih banyak diadopsi di wilayah perkotaan maupun pedesaan Myanmar untuk rumah, perusahaan, dan pabrik, kata Thi Thi Soe.
Di daerah pedesaan, sistem tenaga surya diimplementasikan dalam berbagai proyek penerangan desa, dan perangkat tenaga surya kecil digunakan di daerah-daerah yang masih kekurangan akses listrik dan menghadapi kendala transportasi, lanjutnya.
Foto yang diabadikan pada 4 Oktober 2024 ini menunjukkan panel surya yang dipasang di atap sebuah rumah di Yangon, Myanmar. (Xinhua/Myo Kyaw Soe)
Thi Thi Soe menyoroti bahwa energi surya mendukung perusahaan-perusahaan dengan mengurangi biaya dan menyediakan pasokan listrik yang stabil. Energi surya juga membantu menciptakan suasana yang lebih tenang dan lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan generator bertenaga bahan bakar.
Perluasan proyek energi surya didukung oleh program-program Kerja Sama Lancang-Mekong (Lancang-Mekong Cooperation/LMC) dan program-program kerja sama China-Myanmar, demikian menurut Sandisolar. [Xinhua]